Beijing (Antara/AFP) - China akan melonggarkan kebijakan "satu anak" yang kontroversial, demikian media pemerintah, memberitakan akan adanya perubahan kebijakan utama dan diumumkan beberapa hari setelah rapat para pucuk pimpinan Partai Komunis.

Pasangan suami istri akan diperbolehkan memiliki dua anak jika salah satu orangtuanya adalah anak tunggal, kata kantor berita pemerintah, Xinhua, mengutip "keputusan penting" yang dibuat para pemimpin dalam sidang ketiga partai.

Kebijakan satu anak di China telah ditetapkan sejak akhir 1970-an, yang dibarengi dengan penerapan izin, denda dan pada beberapa kasus ada pemaksaan sterilisasi termasuk pengguguran kandungan, sehingga menimbulkan reaksi keras.

Para pengritik mengemukakan bahwa kebijakan tersebut menyebabkan ketidakseimbangan gender di China, karena pengguguran kandungan berdasarkan jenis kelamin janin menjadi perbuatan yang lumrah.

Sekitar 118 bayi laki-laki lahir diantara rata-rata 100 bayi perempuan pada 2002, sementara bayi-bayi perempuan yang ditelantarkan atau dibunuh banyak dilaporkan.

"Kebijakan kelahiran anak itu akan disesuaikan dan ditingkatkan setahap demi setahap untuk mencapai 'keseimbangan pembangunan jangka panjang' terhadap kependudukan di China," Xinhua melaporkan berdasarkan keputusan Partai Komunis.

Hukum saat ini sangat membatasi pasangan orangtua hanya bisa memiliki satu anak, dan satu perkecualian untuk mempunyai anak kedua jika kedua orangtuanya adalah anak tunggal.

Perkecualian lain diberikan pada orang dari suku-suku kecil dan petani jika anak pertamanya adalah perempuan.

Meskipun disebut memberi kelonggaran dalam kebijakan Keluarga Berencana dan desas-desus mengenai reformasi, petugas China masih mendesak bahwa kebijakan satu anak itu masih diperlukan dengan mengatakan bahwa ancaman kelebihan penduduk masih terjadi pada pembangunan negara.

Pada waktu bersamaan, petugas sensus penduduk pada awal tahun ini mengingatkan bahwa penduduk usia kerja mulai menurun untuk pertamakalinya dalam dasawarsa ini, yaitu turun 3,45 persen menjadi 937 juta pada 2012.

Penurunan itu menimbulkan kecemasan mengenai bagaimana negara dapat melayani 194 juta warga lansia yang kini menduduki 14,3 persen dari seluruh jumlah penduduk, hampir tiga kali lipat naik sejak 1982.

"Bagi generasi tua, hidup menjadi semakin berat," kata Sun Wenguang, seorang pensiunan akademisi dari Universitas Shandong kepada AFP awal tahun ini.

Kebanyakan anak tunggal dewasa ini menghadapi beban menangggung tugas merawat dua orangtua serta empat kakek-nenek di dalam tatanan masyarakat yang masih merawat sendiri para lansia.

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013