Tahun Optimisme Kalbar
Meskipun berbagai tantangan masih menghadang di hadapan kita, namun bagi Kalimantan Barat tahun 2014 merupakan tahun penuh harapan. Optimisme terhadap baiknya kinerja perekonomian masih ditunjukkan oleh para pelaku usaha, tetapi apakah kita mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi Kalbar di level yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional? Tentunya upaya yang perlu dilakukan untuk mewujudkan itu tidak mudah.
Berbagai tantangan yang telah disebutkan sebelumnya tentulah berpengaruh terhadap perekonomian Kalbar. Dari sisi penggunaan, perekonomian Kalbar akan tetap didorong oleh permintaan domestik, khususnya konsumsi. Pelaksanaan pesta demokrasi nasional, yaitu Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Legislatif, diperkirakan akan mendorong konsumsi meskipun tidak terlalu signifikan. Di sisi lain, penyelenggaraan pemilu 2014 diperkirakan akan memberikan sedikit dampak perlambatan pada laju investasi, terutama penanaman modal asing, dikarenakan para calon investor cenderung bersikap wait and see sampai pemilu usai diselenggarakan dan muncul kestabilan iklim politik yang baru.
Jika kita lihat dari sektor utama perekonomian, optimisme perkembangan ekonomi Kalbar ditunjukkan oleh sektor pertanian, yang terutama didorong oleh subsektor perkebunan sawit. Cuaca yang lebih baik pada periode tanam lalu di tahun 2011 mendorong produktivitas tanaman sawit yang diperkirakan akan membaik pada tahun 2014.
Peningkatan profil usia produktif tanaman pada lahan-lahan baru juga diperkirakan turut mendorong produksi tandan buah segar (TBS) sawit pada periode mendatang. Sementara itu, kinerja komoditas utama pertanian lainnya, yaitu karet, diperkirakan cenderung stabil jika dibandingkan tahun 2013. Aktivitas sadap karet petani diperkirakan akan meningkat seiring dengan kondisi cuaca yang lebih baik.
Namun demikian, perkembangan subsektor karet akan sedikit tertahan oleh rendahnya produktivitas sebagian tanaman perkebunan rakyat akibat usia tanaman yang membutuhkan peremajaan. Selain itu, meskipun pada tahun 2014 pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional (Gernas) Karet untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi karet, hasilnya diperkirakan baru akan dapat dirasakan dalam empat tahun mendatang.
Dari sisi harga, meskipun masih berada pada level yang rendah, harga karet diproyeksikan akan sedikit mengalami perbaikan. Perkiraan melemahnya perekonomian negara importir utama karet Kalbar, diperkirakan hanya akan berdampak moderat terhadap permintaan karet, seiring dengan mulai bergeraknya manufaktur di negara maju. Krisis politik di negara produsen karet utama, Thailand, juga diperkirakan berpengaruh terhadap pasokan karet dunia. Dari pasar domestik, permintaan akan karet juga diperkirakan masih akan terjaga seiring dengan masih berkembangnya industri otomotif domestik.
Sektor lainnya yang juga menunjukkan optimisme adalah sektor industri pengolahan. Industri pengolahan CPO yang merupakan salah satu industri utama pendorong perekonomian Kalbar, diperkirakan akan tumbuh cukup baik diantaranya didorong oleh peningkatan produksi bahan baku TBS. Optimisme terhadap kinerja industri CPO juga tergambar dari pembangunan 10 pabrik pengolahan kelapa sawit baru, dimana jumlah tersebut diperkirakan masih akan bertambah seiring dengan penanaman lahan sawit baru.
Lebih dalam lagi, Kalimantan Barat termasuk dalam wilayah yang akan menjadi backbone industri perkebunan kelapa sawit dan produk turunannya sesuai dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI). Harga CPO juga diperkirakan relatif stabil seiring dengan terjaganya permintaan akan biofuel serta permintaan akan minyak makanan.
Berdasarkan perkiraan dari Economist Intelligence Unit (EIU), harga komoditas CPO internasional pada tahun 2014 diperkirakan berada pada level 834,8 USD/ton, atau relatif tidak berubah dibandingkan harga di tahun 2013. Meskipun demikian, perkembangan CPO akan sedikit mengalami tekanan dari sisi lisensi dagang serta kebijakan antidumping, terutama dari negara Eropa.
Optimisme perkembangan sektor industri pengolahan juga didorong oleh mulai beroperasinya industri hilirisasi, khususnya hilirisasi barang tambang mentah, mengingat sejak Januari 2014, implementasi ketentuan pembatasan ekspor barang tambang mentah termasuk bauksit sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No.7/2012 sudah akan dilakukan.
Salah satu pionir hilirisasi tersebut adalah smelter bijih bauksit milik PT Indonesia Chemical Alumina (anak perusahaan PT Antam Tbk) di Tayan, yang melakukan pengolahan bijih bauksit menjadi chemical grade alumina (CGA). Selain itu, beberapa proyek ground breaking pembangunan pabrik pengolahan/smelter bauksit menjadi alumina juga dilakukan di Kabupaten Ketapang.
Meskipun implementasi ketentuan pembatasan ekspor barang tambang mentah tersebut bertujuan positif untuk meningkatkan daya tambang barang yang diproduksi di Kalimantan Barat, di sisi lain, hal tersebut dapat menjadi faktor yang menahan pertumbuhan ekonomi.
Dalam jangka pendek dampak yang cukup terasa akan terjadi pada sisi ekspor yang diperkirakan tumbuh bias ke bawah. Selain itu, dampak jangka pendek lainnya adalah terjadinya pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan/buruh perusahaan tambang dan perusahaan jasa terkait (kontraktor, jasa bongkar muat, dll). Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah dan dunia usaha secara bersama-sama.
Indikator makro Kalbar lainnya, yaitu tingkat inflasi, juga diyakini akan menunjukkan level yang lebih rendah pada tahun mendatang. Mulai mendaratnya armada pesawat seri Next Generation/NG dan 900 ER (Extended Range) di Bandara Supadio Pontianak yang mampu membawa lebih banyak penumpang, diharapkan dapat menekan harga tiket angkutan udara yang selama ini menjadi komoditas penyumbang inflasi yang signifikan di Kalbar.
Selain itu, pembukaan rute-rute baru, seperti Pontianak-Bandung, Pontianak-Semarang, Pontianak-Surabaya dan Pontianak-Balikpapan melengkapi rute yang sudah ada, diperkirakan dapat mengurangi kepadatan penumpang dengan rute Pontianak-Jakarta yang sangat padat, dan juga berpengaruh terhadap harga tiket. Ekspektasi inflasi 2014 juga relatif membaik dibandingkan tahun 2013.
Tekanan terhadap inflasi diperkirakan akan bersumber diantaranya dari penyelenggaraan Pemilu, selain even perayaan masyarakat yang memang rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Tekanan terhadap harga juga diperkirakan didorong oleh adanya kecenderungan perbedaan/disparitas harga yang cukup lebar antar harga komoditas di level produsen dengan konsumen. Hal ini menunjukkan cukup panjangnya rantai distribusi barang di Kalbar.
Dari sisi komoditas pangan, berdasarkan studi MCKinsey, pada tahun 2030, sebagian besar daerah di Indonesia, termasuk Kalbar, hanya akan memiliki hasil panen pangan yang berkisar 20% dari rata-rata 2010-2012, jika tidak terdapat perbaikan sistem pengairan dan minimnya inovasi teknologi pangan. Hal tersebut dapat berdampak pada tingginya harga komoditas pangan pada periode mendatang. Solusi terhadap permasalahan tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi kita bagaimana mengembangkan ketahanan pangan yang berkesinambungan ke depan.
Meskipun penuh optimisme dan harapan, tentunya kita tetap tidak bisa lengah terhadap tantangan-tantangan serta permasalahan-permasalahan yang sudah disebutkan di atas. Jadi, apa resolusi kita di tahun 2014 untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan serta tingkat inflasi yang rendah dan stabil di Kalimantan Barat?
Upaya sungguh-sungguh yang telah ditunjukkan oleh Pemerintah Daerah untuk membangun Kalbar, perlu kita sambut bersama, sehingga gerak langkah Pemerintah Daerah sebagai dirigen akan semakin menyatukan irama pembangunan ekonomi Kalbar yang saat ini sedang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan dan dunia usaha.
“Ada yang berubah, ada yang bertahan
Karena zaman tak bisa dilawan
Yang pasti kepercayaan
Harus diperjuangkanâ€
- Chairil Anwar -
*Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
(tulisan ini juga dimuat di Harian Pontianak Post tanggal 30 dan 31 Desember 2013)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013