Jakarta (Antara Kalbar) - Sekretaris Jenderal Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) Said Iqbal mengatakan sistem "Indonesia Case Based Groups" (INA-CBGs) yang diterapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) malah menghambat pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional.
"Sesuai dengan UU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan SJSN mengamanatkan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat tanpa adanya batasan biaya, dan seluruh penyakit ditanggung. Akan tetapi, faktanya adanya penerapan INA-CBGs membuat RS ataupun klinik tidak melayani dengan sepenuh hati," ujar Said Iqbal di Jakarta, Minggu.
Ia mencontohkan pasien penderita penyakit kronis yang harus minum obat seumur hidup, seperti hipertensi, lupus, dan jantung, harus berulang kali ke rumah sakit karena obat yang diberikan terbatas.
"Begitu juga yang dahulunya memegang kartu Askes dan Jamsostek, justru merasakan pelayanan yang diberikan makin buruk," kata dia.
Said Iqbal mengatakan bahwa KAJS menuntut penggantian INA-CBGs menjadi "fee for services" yang selama ini digunakan Jamsostek dan Askes. Buktinya Jamsostek dan Askes tidak mengalami kerugian.
Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Fadjriadinur mengatakan bahwa pola pembayaran dengan sistem INA-CBGs dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
"Penerapan INA-CBGs dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah tarif terstandarisasi dan lebih memberikan kepastian," ujar Fajriadinur.
Fajriadinur mengatakan bahwa penghitungan tarif pelayanan lebih objektif berdasarkan pada biaya sebenarnya.
INA-CBGs adalah sistem pengelompokan penyakit berdasarkan ciri klinis yang sama dan sumber daya yang digunakan dalam pengobatan.
Pengelompokan tersebut bertujuan untuk pembiayaan kesehatan pada penyelenggaraan JKN sebagai pola pembayaran yang bersifat prospektif.
(Ant News)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Sesuai dengan UU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan SJSN mengamanatkan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat tanpa adanya batasan biaya, dan seluruh penyakit ditanggung. Akan tetapi, faktanya adanya penerapan INA-CBGs membuat RS ataupun klinik tidak melayani dengan sepenuh hati," ujar Said Iqbal di Jakarta, Minggu.
Ia mencontohkan pasien penderita penyakit kronis yang harus minum obat seumur hidup, seperti hipertensi, lupus, dan jantung, harus berulang kali ke rumah sakit karena obat yang diberikan terbatas.
"Begitu juga yang dahulunya memegang kartu Askes dan Jamsostek, justru merasakan pelayanan yang diberikan makin buruk," kata dia.
Said Iqbal mengatakan bahwa KAJS menuntut penggantian INA-CBGs menjadi "fee for services" yang selama ini digunakan Jamsostek dan Askes. Buktinya Jamsostek dan Askes tidak mengalami kerugian.
Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Fadjriadinur mengatakan bahwa pola pembayaran dengan sistem INA-CBGs dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
"Penerapan INA-CBGs dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah tarif terstandarisasi dan lebih memberikan kepastian," ujar Fajriadinur.
Fajriadinur mengatakan bahwa penghitungan tarif pelayanan lebih objektif berdasarkan pada biaya sebenarnya.
INA-CBGs adalah sistem pengelompokan penyakit berdasarkan ciri klinis yang sama dan sumber daya yang digunakan dalam pengobatan.
Pengelompokan tersebut bertujuan untuk pembiayaan kesehatan pada penyelenggaraan JKN sebagai pola pembayaran yang bersifat prospektif.
(Ant News)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014