Jakarta (Antara Kalbar) - Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco (KNIU), Arief Rachman, mengatakan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional (HBII) 2014 memiliki peran penting untuk melawan kepunahan yang mengancam banyak bahasa di dunia, dan khususnya sekira 50 bahasa di Indonesia.

"Sedikitnya ada 742 bahasa yang dituturkan di Indonesia, dan 50 di antaranya tergolong dalam bahasa yang terancam punah," kata Arief dalam Peringatan HBII 2014 di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Jakarta, Jumat.

Arief menilai bahwa keberadaan bahasa-bahasa lokal tersebut harus dijaga baik sebagai khasanah keberagaman produk budaya di Indonesia.

Hal senada juga dikatakan Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Nazmul Quaunine, yang berpesan bahwa Indonesia dengan kekayaan bahasa yang dimiliki harus terus berupaya melestarikannya.

"Indonesia memang memiliki bahasa persatuan, Bahasa Indonesia, tetapi di waktu bersamaan anda harus mempelajari dan menjaga bahasa-bahasa lokal anda," katanya.

"Kecakapan menuturkan banyak bahasa merupakan keuntungan besar, bagi individu, khususnya agar bisa berkomunikasi dengan lebih banyak orang baik itu di tingkatan internasional, nasional maupun lokal," ujar dia menambahkan.

Peristiwa unjuk rasa memperjuangkan Bahasa Bengali agar diakui sebagai bahasa resmi Pakistan pada 21 Februari 1952 silam menjadi cikal bakal peringatan HBII. Peristiwa yang dikenal sebagai Hari Ekhushy itu terus diperingati oleh Bangladesh, termasuk setelah mereka memisahkan diri dari Pakistan pada 1971.

Sementara itu, Pakar Filologi dari Universitas Indonesia Edi Setiyawati mengakui bahwa ancaman kepunahan terhadap bahasa-bahasa lokal sedikit banyak dipengaruhi pola pikir masyarakat terhadap keberadaan bahasa pemersatu, Bahasa Indonesia.

"Ini harus menjadi bagian perhatian bersama, bahwa akibat adanya sikap mengutamakan kepraktisan bahasa pemersatu sebagai bahasa pengantar utama seringkali membuat bahasa lokal terlupakan, itu salah satu dampak negatifnya," ujar Edi.

Ia menuturkan bahwa dalam produk-produk kebudayaan berupa seni pertunjukan, sastra ataupun musik, banyak diekspresikan dengan bahasa lokal.

"Kalau bahasanya punah maka keindahan ekspresi seni itu akan hilang juga," katanya.

Acara peringatan HBII 2014 digelar sebagai hasil kerja sama antara Kemdikbud dengan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani masalah pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (UNESCO), Kedutaan Besar Bangladesh di Jakarta dan KNIU.

Pada rangkaian acara peringatan HBII 2014 juga digelar dua diskusi panel terkait Kebijakan Bahasa dan Kurikulum 2013 dan Pelestarian Bahasa Ibu di Indonesia, yang menampilkan Kepala Badan Pengembangan dan Pelindungan Bahasa, Badan Bahasa Kemdikbud, Sugiyono serta Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Bahasa Universitas Indonesia Multamia RMT Lauder.

Selain itu terdapat juga pertunjukan pembacaan puisi yang menggunakan bahasa lokal dari Banjar, Toraja dan Maluku Utara, penampilan Mocopat dan lagu berbahasa Bengali dari perwakilan Bangladesh.

Pewarta: Gilang Galiartha

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014