Surabaya (Antara Kalbar) - Perguruan Tinggi Negeri (PTS) se-Indonesia akhirnya menerima disabilitas (penyandang ketunaan) untuk mengikuti seleksi masuk PTN melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN, seperti tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan tunadaksa.

"Rata-rata PTN se-Indonesia hanya membatasi pada buta warna, baik buta warna sebagian maupun buta warna secara total, sedangkan tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa bisa diterima," kata Humas SNMPTN dari ITS Dr Ir Ismaini Zain di Surabaya, Minggu.

Namun, katanya, keputusan rektor PTN se-Indonesia dalam rapat pada Jumat (21/3) malam itu masih memberikan batasan untuk program studi tertentu, di antaranya pendidikan kedokteran dan teknik fisika yang tidak menerima tunanetra dan buta warna.

"Ada pula prodi yang memberi syarat dan ketentuan khusus, selain buta warna, seperti prodi keperawatan, teknik perkapalan, dan teknik kelautan yang memberi syarat dan ketentuan dalam laman (website) dari prodi itu," katanya.

Misalnya, prodi keperawatan memberi syarat tinggi tubuh dalam batas ketinggian tertentu agar mereka bisa merawat pasien yang tinggi.

Selain itu, ada pula prodi yang masih bisa menerima buta warna sebagian, di antaranya Teknik Elektro atau Teknik Mesin, namun penyandang buta warna sebagian itu tidak akan mungkin menjadi operator (pelaksana), melainkan sebatas konseptor.

Menurut Sekretaris Lembaga Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni ITS itu, keputusan itu membuat 28 prodi di ITS akhirnya bisa menerima penyandang disabilitas, bahkan 11 prodi di antaranya bisa menerima semua penyandang disabilitas, termasuk buta warna.

Ke-11 prodi dimaksud adalah Matematika, Statistika, Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Industri, Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Sistem Informasi, Transportasi Laut, Teknik Multi Media, dan Manajemen Bisnis.

"Untuk 17 prodi di ITS ada syarat terkait buta warna dan syarat sesuai kebutuhan kerja. Yang jelas, persyaratan untuk disabilitas itu sudah ada perubahan besar yang selama ini berlaku akibat ketidaktahuan kami bahwa para penyandang disabilitas itu sudah mengenal teknologi canggih yang membantu mereka, padahal kami sendiri belum punya alat khusus mereka," katanya.

Ditanya penyandang disabilitas yang pernah diterima ITS pada tahun lalu, ia mengaku ada, namun dirinya tidak memiliki data, karena persyaratan itu ada pada tingkat prodi. "Yang jelas, ada tiga tunadaksa yang kami terima dan tidak ada masalah," katanya.

Ia menambahkan ketentuan baru itu hendaknya dimanfaatkan para penyandang ketunaan untuk mengikuti SNMPTN yang pendaftarannya akan ditutup pada 31 Maret mendatang, lalu dilanjutkan dengan SBMPTN.

Pewarta: Edy M Ya'kub

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014