Pontianak (Antara Kalbar) - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pontianak menyatakan, impor gula pasir salah satu modus untuk menghancurkan ketahanan pangan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Masuknya gula impor di Indonesia, khususnya Kalimantan Barat diduga kuat sebagai modus untuk menghancurkan pertumbuhan ekonomi bangsa ini sehingga perlu sikap tegas dari pemerintah untuk menindaklanjutinya," kata Anggota Komisi A DPRD Kota Pontianak Harry Adryanto di Pontianak, Selasa.

Ia menjelaskan, dugaan tersebut cukup beralasan mengingat dampak yang diakibatkan dengan masuknya gula impor ke Indonesia berdampak memiskinkan petani tebu bahkan menyebabkan pabriknya gulung tikar.

"Gula-gula impor masuk secara besar-besaran melalui pintu batas antarnegara, serta pintu-pintu tak resmi di sepanjang perbatasan," ungkapnya.

Menurut Harry, sekitar empat hingga lima ribu ton gula ilegal masuk ke wilayah Kalbar melalui pintu perbatasan Entikong, Kabupaten Sanggau, Sajingan, Kabupaten Sambas, Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang dan Lubuk Antu, Kabupaten Kapuas Hulu.

"Saya tidak kaget jika masih banyak ditemukan gula pasir ilegal di toko, pasar maupun supermarket, ini terjadi dihampir semua kabupaten/kota Kalbar," ujarnya.

Maraknya gula impor ilegal di Kalbar, bukti lemahnya penegakan hukum, dan kurangnya sinergisitas dari lintas instansi untuk memerangi praktik ilegal di Kalbar.

Hal itu, ke depannya bisa semacam serangan dari pihak luar negeri yang menginginkan perlahan-lahan membuat pertahanan pangan negeri ini hancur, kata Harry.

"Baru saja saya mendapat informasi, di Tebedu Malaysia masih banyak truk-truk kontainer yang jumlahnya puluhan masing-masing memuat 20 hingga 25 ton gula pasir ilegal," ujarnya.

Modusnya, gula-gula tersebut masuk ke wilayah Indonesia dan masuk ke gudang milik para pemain gula ilegal yang sudah populer di kalangan pemain gula dan oknum aparat di Kalbar.

Gudang tempat penyimpanan itu, seperti terletak di Jalan Raya Entikong, Desa Engkahan Simpang Segirau, Jalan Raya Sanggau, Desa Kenaman dan lainnya. Dari gudang gudang itu, pelaku penyeludupan gula menyebarkan gula-gula tersebut ke berbagai wilayah kabupaten/kota, termasuk ke Pontianak, kata Harry.

"Padahal harga gula dalam negeri kita tidak mahal, dan stoknya juga cukup. Tapi selalu saja diopinikan gula dalam negeri mahal dan stok kurang, hal itu dimainkan oleh para kartel-kartel gula impor agar masyarakat Indonesia duduk manis dan tidak melawan," katanya.

(A057/N005)

Pewarta: Andilala

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014