Sungai Raya (Antara Kalbar) - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kubu Raya, Nurmarini, mengatakan dari kajian yang dilakukannya sektor unggulan di kabupaten ini masih pada industri pengolahan yang memiliki kontribusi besar terhadap produk domestik regional bruto (PDRB).

"Jika kabupaten lain mungkin sektor pertanian yang lebih menonjol tetapi berbeda di Kubu Raya sektor pengolahannya lah yang lebih menonjol, yang mana sektor ini mendapat dukungan dari sektor pertanian dan perikanan," katanya di Sungai Raya, Sabtu.

Dari berbagai analisis yang dilakukan mulai dari ketimpangan wilayah, yang didalamnya mencakup pertumbuhan ekonomi, angka pengangguran, pendistribusian pendapatan, maka berdasarkan hasil indeks Williamson dan Gini Ratio, Kubu Raya terjadi ketimpangan distribusi level yang rendah.

Nurmarini menjelaskan, angka ketimpangan wilayah di Kabupaten Kubu Raya sebesar 0,23 persen atau mendekati nol itu berarti pertumbuhan ekonomi yang terjadi antara setiap daerah kecamatan relatif hampir merata.

"Untuk menentukan angka ketimpangan wilayah ini, kami melakukan kajian terhadap data-data yang ada dari instansi-instansi terkait, seperti BPS, yang mana hasilnya menunjukkan sejak 2008 sampai dengan 2011 perekonomian Kubu Raya terus mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan," katany.

Dia menuturkan, jika angka ketimpangan wilayah sudah mendekati ataupun mencapai nol, maka pertumbuhan ekonomi dan pendistribusian pendatapan sudah dapat dikatakan merata. Akan tetapi, jika angka ketimpangan wilayah mencapai 0,5 ataupun satu itu dinyatakan terjadi ketimpangan wilayah yang sangat serius.

"Ketimpangan wilayah yang terjadi di Kubu Raya lebih banyak mengenai infrastruktur, dan distribusi pendapatan," tuturnya.

Nurmarini menjelaskan pendistribusian pendapatan tersebut berkaitan dengan pembukaan lapangan pekerjaan, sehingga dengan banyaknya pembukaan perkebunan, maka pemerintah kabupaten berharap ada peluang untuk penyerapan tenaga kerja.

Jika melihat data kondisi sosial dan ekonomi, lanjut dia, dampak dari tingginya pertumbuhan ekonomi, salah satunya pada tingkat pengangguran terbuka (TPT), dari 2009, sampai dengan 2011 terus mengalami penurunan, yakni mulai dari 7,20 persen, 6,20 persen sampai dengan 4,52 persen. Dilihat dari penyerapan tenaga kerja, pada 2011 penyerapan tenaga kerja paling besar di sektor pertanian, yakni sebesar 53,03 persen.

"Kemudian disusul sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi, yakni sebesar 17,06 persen. Penyerapan tenaga kerja paling kecil terjadi pada sektor listrik, gas, dan air minum, yakni sebesar 0,34 persen," ujarnya.

Dia menambahkan, ketimpangan wilayah yang terjadi itu dilihat dari per kecamatan, sehingga memang perlu antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat harus seimbang.

"Pemerataan pembangunan itu akan berjalan, apabila pendistribusian pendapatan mengiringi pertumbuhan ekonomi," katanya.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014