Pontianak (Antara Kalbar) - Sukiman (41), petani di Desa Semparuk, Kabupaten Sambas optimistis produksi sawahnya mampu mencapai 20 ton per hektare gabah kering panen dengan menggunakan metode "Hazton".

"Setelah beberapa kali mencoba, saya yakin nanti bisa mencapai 20 ton per hektare," kata Sukiman, saat dihubungi di Pontianak, Jumat.

Saat ini ia telah dua kali mencoba menanam padi dengan metode Hazton. Hasilnya, cenderung mengalami kenaikan.

Bahkan ia mencoba padi yang berdasarkan keterangan produsen benih produksivitasnya hanya 5 ton per hektare, namun hasilnya berkisar 8 - 10 ton per hektare.

Hazton merupakan metode penanaman padi dengan perlakuan tertentu yang mampu mengoptimalkan tanaman agar memproduksi bulir padi secara maksimal.

Menurut Sukiman, dibutuhkan perhatian dan ketelitian agar produksivitas padi seperti yang diharapkan. "Tidak seperti cara petani tradisional," ujar Sukiman.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Heronimus Hero menambahkan, saat ini produksivitas petani Kalbar rata-rata di kisaran 3,1 ton - 3,2 ton per hektare.

Ia melanjutkan, kalau produksi meningkat, maka kesejahteraan petani pun meningkat.

Ketahanan pangan dalam negeri juga semakin kuat, kata dia.

Ia menuturkan, biaya operasional petani padi per hektare sebesar Rp2,7 juta untuk tiga bulan. Dengan produktivitas 3 ton per hektare, dan harga gabah kering berkisar anggaplah Rp4 ribu per kilogram, maka petani mendapat Rp12 juta.

"Ini untuk tiga bulan, atau rata-rata Rp3 juta sebulan," tuturnya.

Namun, kalau produksi naik menjadi 7 ton maka petani akan mendapat Rp28 juta per hektare.

"Memang biaya produksi dengan metode Hazton meningkat, menjadi misalnya Rp4 juta, namun setelah dipotong pengeluaran tersebut, petani masih mendapatkan Rp24 juta," ujar dia.

Artinya, dalam satu bulan, dengan asumsi dari tanam hingga panen tiga bulan, petani mendapat Rp8 juta.

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014