Medan (Antara Kalbar) - Pangsa minyak sawit dalam minyak nabati dunia berkembang pesat atau sudah menjadi 38 persen dari 18 persen lima tahun lalu.

"Peran minyak sawit akan semakin besar karena digunakan sebagai bahan baku energi terbarukan," kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joefly J Bahroeny di Medan, Minggu.

Minyak sawit, kata dia, sudah menggeser kacang kedelai dan rapeseed sebagai minyak nabati yang paling banyak digunakan masyarakat dunia.

"Keberhasilan sawit meningkatkan pangsa pasarnya itu dipicu karena keunggulannya sebagai  minyak nabati yang paling produktif, efisien dan murah," katanya.

Untuk tetap bisa meningkatkan peran minyak sawit itu, Indonesia  sebagai salah satu produsen terbesar komoditas tersebut,   harus melakukan banyak hal untuk mempertahankan daya saing dan efisiensi sawit itu.

"Ramah lingkungan adalah salah satu hal yang juga paling diharuskan mengingat isu negatif tentang sawit masih terus terjadi,"katanya.

Ketua Gapki Sumut,Setia Dharma Sebayang menyebutkan, perusahaan perkebunan dan industri sawit di Sumut terus menerapkan ramah lingkungan untuk menepis isu negatif sawit.

Bukan hanya berupaya mendapatkan. Sertifikat RSPO tetapi juga ISPO yang dikeluarkan Indonesia.

"Perusahaan perkebunan dan industri sawit di Sumut termasuk yang paling banyak sudah mengantongi sertifikat RSPO dan ISPO karena Sumut juga tercatat sebagai daerah terbesar dalam  pengapalan atau ekspor komoditas tersebut.

Data Badan Pusat Statistik Sumut mengungkapkan, nilai ekspor sawit Sumut yang tergabung dalam golongan barang lemak dan minyak hewan/nabati  hingga Juli tahun ini sudah mencapai 2.363 miliar dolar AS.

Devisa itu  naik 3,62 persen dari periode sama tahun lalu yang masih. 2,280 miliar dolar AS.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014