Pontianak (Antara Kalbar) - Universitas Tanjungpura Pontianak menjadi tuan rumah konferensi internasional bertajuk "Border and Development International Conference" yang melibatkan sejumlah negara untuk mengkaji formulasi paling tepat bagi pengembangan pembangunan di wilayah perbatasan.

"Harapannya, Kalbar jadi contoh dalam pengembangan perbatasan secara internasional," kata Rektor Untan Prof Thamrin Usman setelah membuka konferensi tersebut di Fakultas Ekonomi, Pontianak, Rabu.

Bagi Kalbar, pertemuan tersebut sangat penting, karena tahun depan Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai direalisasikan.

Sementara berdasarkan kajian antropologi, ada daerah di Kalbar yang sudah melakukan transaksi ekonomi selama berabad-abad tanpa adanya keberadaan negara.

"Transaksi ekonomi itu berjalan dengan baik serta tidak merugikan kedua belah pihak, yakni masyarakat yang menetap di kawasan tersebut, baik di Sambas, Bengkayang, maupun Sarawak sendiri," ujarnya.

Bahkan, ia yakin kalau kondisi itu dijaga dengan baik, maka hal itu akan menjadi cikal bakal Masyarakat Ekonomi ASEAN yang satu. Ia mencontohkan Uni Eropa yang sudah menggunakan satu mata uang serta ekonomi.

"Ke depan, Masyarakat Ekonomi ASEAN harus menjadi satu ASEAN, baik mata uang, serta transaksi bisnis lainnya. Ini dapat dimulai dari area kecil yang sudah dikenal sejak berabad-abad, di daerah perbatasan," katanya.

Untan, kata Thamrin Usman, dapat menjadi mediator, inisiator, fasilitator dan kreatornya.

Ia yakin Dekan Fakultas Ekonomi Untan yang juga guru besar bidang perbatasan akan menciptakan ide-ide baru dalam mengembangkan ekonomi di perbatasan.

"Karena ekonomi perbatasan adalah ekonomi internasional," katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Konferensi, Nurul Bariyah, mengatakan ada enam negara yang semula diharapkan hadir di acara tersebut yakni Indonesia, Malaysia, Jepang, Nigeria, Qatar dan Taiwan.

Namun, peserta yang sudah hadir dari Indonesia, Malaysia, Jepang dan Bangladesh. "Yang tidak hadir, terutama karena kelambatan mengurus visa. Konferensi ini sendiri digagas sejak tahun lalu," katanya.

Pada pertemuan perdana ini, masing-masing menampilkan hasil penelitian yang terpisah. Ke depan, diharapkan ada penelitian bersama yang dapat menjadi platform untuk pembangunan di perbatasan.

Peneliti dari Universitas Kyoto, Prof Noboru Ishikawa, dalam paparannya menyampaikan di perbatasan masyarakat setempat tidak mempermasalahkan batas wilayah.

"Sejak abad ke-16, sudah ada transaksi ekonomi di batas wilayah ini," kata Noboru yang 20 tahun hidup di perbatasan Kalbar - Sarawak untuk meneliti kehidupan setempat.

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014