Pontianak (ANTARA) - Desa Punggur Kecil, Kecamatan Sungai Kakap, dan Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya provinsi Kalimantan Tengah merupakan wilayah yang rentan terjadinya kebakaran berulang pada areal gambut.
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) berusaha agar kejadian tersebut tidak terulang dengan merangkul Universitas Tanjungpura (UNTAN) melakukan penelitian untuk menentukan faktor-faktor penyebab kebakaran lahan gambut berulang pada area ini.
Kajian tersebut dilakukan untuk menggali informasi terkait penyebab kebakaran berulang dan mengajak warga Desa Punggur Kecil dan Limbung untuk berdiskusi dan bersama - sama mencari solusi, atas permasalahan ini.
Kerentanan kebakaran lahan gambut di kedua desa ini diperparah oleh faktor cuaca, pengeringan lahan gambut, dan banyaknya lahan-lahan gambut yang terlantar ditumbuhi dengan berbagai jenis pakis, kayu mahang dan akasia yang mudah terbakar.
Sejak tahun 2016 sampai sekarang, BRGM merupakan lembaga yang aktif membangun berbagai infrastruktur pembasahan gambut, seperti pembangunan sekat kanal dan sumur bor, dan memberikan bantuan bagi petani untuk budidaya tanpa bakar.
Walaupun masih dalam skala terbatas, upaya BRGM untuk membasahi kembali lahan gambut yang terdegradasi sangat dirasakan manfaatnya. Misalnya, masih tersedia air pada saluran drainase yang disekat. Pemberdayaan kelompok tani dengan berbagai program, seperti pengembangan budidaya jahe, dan sayur-mayur yang bermanfaat bagi perekonomian keluarga.
Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, Kelompok petani di desa Punggur Kecil dan Limbung tidak ragu menyatakan bahwa api datangnya dari luar desa, terutama pada lahan-lahan gambut yang tidak diurus oleh pemiliknya.
Kepala Desa Limbung, Wiyono menyatakan, “Berhari - hari Masyarakat Peduli Api (MPA) di desa kami berjibaku dengan api yang tidak nampak. Kebakaran gambut ini bersifat kebakaran dalam tanah, sehingga kami sulit untuk memantau pemadaman api. Solusi yang kami berikan adalah penggarapan lahan terlantar akan mengurangi kebakaran,” ucap Wiyono. .
Kepala Desa Punggur Kecil, Adi Kusumajaya mengatakan. “Kebakaran ini sangat merugikan para petani setempat. Hama dan penyakit tanaman banyak menyerang tanaman budidaya setelah kebakaran, anak-anak libur sekolah karena kabut asap, dan sebagian warga menderita ISPA. Desa Punggur adalah sumber durian dan langsat bukan kabut asap,” ujar Adi.
Tim peneliti UNTAN, yang diketuai oleh Prof. Dr. Gusti Anshari, menyampaikan bahwa, “Warga desa memiliki potensi untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran lahan gambut melalui upaya-upaya kolaborasi dan partisipasi para pihak. Sebagai mitra BRGM, peranan Universitas Tanjungpura membantu kelompok-kelompok tani untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan, dan tidak tergantung atas pembakaran,” tutupnya.