Sintang (Antara Kalbar) - Ketua PGRI Kalbar, Samion, mendesak pemerintahan dibawah pimpinan Jokowi-JK segera mengkaji ulang penerapan Kurikulum 2013. Dia menilai persiapan dan kesiapan dari pelaksanaan kurikulum ini di daerah masih amburadul. Selain persoalan distribusi buku pelajaran yang sangsot, pelatihan untuk guru-guru juga dinilai belum maksimal.

“Menurut saya, untuk mengubah 'mindset' (pola pikir), kemampuan dan budaya guru tidak cukup dengan pelatihan empat kali sampai satu minggu pertemuan. Pelatihan ini harus dilakukan secara kontinyu,” katanya.

Dia mengungkapkan ternyata banyak guru-guru yang sudah dilatih Kurikulum 2013 yang masih belum mampu mengimplementasi kurikulum tersebut. Menurutnya, guru-guru yang sudah dilatih tersebut juga belum mampu untuk memberikan pengetahuannya pada guru-guru lainnya di sekolah. “Pelatihan Kurikulum 2013 untuk para guru inikan tidak diikuti semua guru tapi biasanya diwakili. Nah guru yang ikut pelatihan mewakili guru lainnya juga tidak mampu menguasai kurikulum ini,” ujarnya.

Samion berpendapat impelementasi Kurikulum 2013 memang perlu perjuangan besar. Dikatakannya, belum lagi persoalan kekurangan tenaga guru yang tidak bisa dipungkiri. Ia mengatakan walaupun ada yang mengatakan jumlah guru sudah lebih, itu jumlah guru di kota. Sementara di daerah pedalaman dan daerah terpencil, jumlah guru masih sangat kurang.

“Ingat Indonesia ini sebagian besar penduduknya tinggal di pedesaan, daerah pedalaman dan terpencil. Bahkan sudah diakui oleh Badan Statistik Nasional bahwa penduduk Indonesia hampir 80 pesennya berada di daerah pedesaan, pedalaman dan daerah terpencil. Tapi yang jadi masalah, kenapa justru kota yang diperhatikan sementara daerah pedesaan dan pedalaman tidak diperhatikan,” tanyanya.

Dengan berbagai persoalan yang dihadapi dunia pendidikan di daerah, Samion menilai Kurikulum 2013 perlu kajian yang sangat mendalam. Tidak bisa hanya sambil lewat dengan latihan empat kali pertemuan dianggap bisa. Dia mengatakan persoalannya yang jadi ukuran pemerintah pusat, ketika jumlah guru sekian orang sudah dilatih dianggap sekian persen tapi kualitasnya belum tahu. Sekarang kenyataannya banyak guru yang bingung. Ini berarti hasil pelatihannya nol. “Duit sudah keluar banyak, orang yang mengikuti pelatihannya dicatat sudah banyak tapi hasil kualitas orang yang dilatih tidak ada,” kata dia.

Pewarta: Faiz

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014