Pontianak (Antara Kalbar) - Wali Kota Pontianak Sutarmidji menyatakan suka atau tidak suka, sejarah tetaplah sejarah, apa yang menjadi sejarah, satu titik pun tidak boleh bergeser dari fakta yang ada.

“Kecuali fakta itu tak ditemukan sehingga perlu ada analisa dengan fakta-fakta pendukung. Selain itu juga harus rasional,” ujar Wali Kota Pontianak, Sutarmidji saat membuka kegiatan bedah buku “Pontianak Masa Kolonial” karya Hasanuddin, di Aula Gedung Terpadu Jalan Sutoyo Pontianak, Rabu.

Menurutnya, buku “Pontianak Masa Kolonial” ini bisa menjadi referensi masyarakat yang ingin menambah pengetahuan tentang Pontianak pada jaman kolonial. Ia berharap bagi penulis yang ingin menulis tentang suatu kota, hendaknya menulis apa adanya sesuai fakta sejarah.

“Nyaman atau tidak nyaman, itu harus ditulis. Kecuali untuk hal-hal yang sebenarnya sangat sensitif dan tidak perlu diungkapkan karena kaitannya dengan privasi,” kata Sutarmidji.

Namun ia menyayangkan literatur untuk bahan penulisan buku khususnya terkait sejarah, masih sangat minim dan hampir tidak ada. Pemahaman sejarah perlu dimiliki setiap orang sejak dini agar mengetahui dan memahami makna dari peristiwa masa lampau sehingga dapat digunakan sebagai landasan sikap dalam menghadapi kenyataan pada masa sekarang serta menentukan masa yang akan datang.

“Artinya sejarah perlu dipelajari sejak dini oleh setiap individu baik secara formal maupun nonformal,” terangnya.

Penulis buku, Hasanuddin, menyatakan latar belakang dirinya menulis buku “Pontianak Masa Kolonial” ini lantaran Kota Pontianak dinilai sebagai tempat perjumpaan berbagai budaya dan heterogen.

“Pontianak juga sebagai pusat pelayaran dan perdagangan. Selain itu penataan kota sejak di bawah Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie di mana perkampungan bukan berdasarkan etnis tetapi berdasarkan mata pencaharian. Ini sangat menarik dan unik dibanding kerajaan-kerajaan lain di nusantara,” ujarnya.

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014