Tayan (Antara Kalbar) - Warga Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau mempertanyakan kelanjutan pembangunan penahan abrasi sungai yang dibangun di wilayah itu sejak dua tahun terakhir.
"Kita mempertanyakan, karena bangunan penahan abrasi ini meninggalkan tanda tanya, apakah spesifikasinya memang demikian atau apa," kata Kepala Desa (Kades) Pedalaman, Sunarto.
Dipaparkan, jika bangunan sebelumnya ditempatkan di depan Kraton Paku Negara Tayan, posisi dan model tiang beton yang disusun tinggi sesuai dengan permukaan jalan. Namun, tidak ditimbun dengan tanah urukan atau tanah datang, sehingga hanya berupa benteng.
Kemudian, untuk pembangunan tahap dua tiang-tiang beton yang disusun, malahan lebih rendah dari permukaan atau tebing jalan. Semestinya sebagai penahan tentunya minimal harus sama dengan dengan yang ditopang.
Selain itu, juga tidak ditimbun atau diurug dengan tanah datang, sehingga jarak tiang dengan tebing jalan kosong melompong. "Nah, ini yang maksudnya kami pertanyakan. Apakah memang hanya demikian bentuk dan model penahan abrasi itu," cetus dia.
Kondisi ini, menurut Narto, menjadi bahan pertanyaan warga setempat. Terlebih lagi bangunan ini dibangun semestinya mendahulukan kawasan yang parah terkena abrasi seperti beberapa titik di Dusun Tanjung.
Namun, sebaliknya malah dibangun pada kawasan yang terbilang masih aman dari hantaman abrasi pantai. "Semestinya yang namanya penahan abrasi di bangun pada kawasan yang memang benar-benar parah lah. Kan jelas skala prioritas dulu yang diutamakan, kawasan Dusun Tanjung itu memang parah terkena abrasi. Tapi itu malah belakangan di bangun," ungkap dia.
Untuk itu, kata Narto dirinya selaku kepala desa dan warga di wilayah itu berharap, jika masih ada proyek pembangunan abrasi pantai demikian kedepan hendaknya lebih memperhatikan kawasan mana yang diprioritaskan.
Kemudian, dalam pengerjaannya hendaknya lebih memperhatikan mutu dan tidak asal-asalan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Kita mempertanyakan, karena bangunan penahan abrasi ini meninggalkan tanda tanya, apakah spesifikasinya memang demikian atau apa," kata Kepala Desa (Kades) Pedalaman, Sunarto.
Dipaparkan, jika bangunan sebelumnya ditempatkan di depan Kraton Paku Negara Tayan, posisi dan model tiang beton yang disusun tinggi sesuai dengan permukaan jalan. Namun, tidak ditimbun dengan tanah urukan atau tanah datang, sehingga hanya berupa benteng.
Kemudian, untuk pembangunan tahap dua tiang-tiang beton yang disusun, malahan lebih rendah dari permukaan atau tebing jalan. Semestinya sebagai penahan tentunya minimal harus sama dengan dengan yang ditopang.
Selain itu, juga tidak ditimbun atau diurug dengan tanah datang, sehingga jarak tiang dengan tebing jalan kosong melompong. "Nah, ini yang maksudnya kami pertanyakan. Apakah memang hanya demikian bentuk dan model penahan abrasi itu," cetus dia.
Kondisi ini, menurut Narto, menjadi bahan pertanyaan warga setempat. Terlebih lagi bangunan ini dibangun semestinya mendahulukan kawasan yang parah terkena abrasi seperti beberapa titik di Dusun Tanjung.
Namun, sebaliknya malah dibangun pada kawasan yang terbilang masih aman dari hantaman abrasi pantai. "Semestinya yang namanya penahan abrasi di bangun pada kawasan yang memang benar-benar parah lah. Kan jelas skala prioritas dulu yang diutamakan, kawasan Dusun Tanjung itu memang parah terkena abrasi. Tapi itu malah belakangan di bangun," ungkap dia.
Untuk itu, kata Narto dirinya selaku kepala desa dan warga di wilayah itu berharap, jika masih ada proyek pembangunan abrasi pantai demikian kedepan hendaknya lebih memperhatikan kawasan mana yang diprioritaskan.
Kemudian, dalam pengerjaannya hendaknya lebih memperhatikan mutu dan tidak asal-asalan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014