Sintang (Antara Kalbar) - Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi NTT yang kabur dari Serian Malaysia melalui jalur Sungai Kelik ke Senaning telah tiba di Sintang, Sabtu (24/1) pukul 22.00 WIB.  Para TKI yang berjumlah 17 orang ini ditampung sementara di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertans) Kabupaten Sintang, sebelum dipulangkan ke daerah asalnya.

Minggu pagi, ketika ditemui Antara di tempat penampungan Disnakertrans ini, para TKI terlihat sedang menyantap nasi bungkus dengan lahapnya. Dengan dengan ramahnya menyapa dan menawari untuk makan bersama. “Yuk makan bang,” sapa salah satu TKI sambil tersenyum ramah.

Di penampungan tersebut, tampak juga Kepala Disnakertrans Kabupaten Sintang, Florensius Kaha beserta seorang stafnya. Usai makan, seorang TKI bernama Petrus menuturkan, masih ada 10 orang rekan mereka yang bertahan di Serian, Malaysia. 10 TKI itu rencananya baru akan kabur awal Februari nanti.

Menurut cerita Petrus, mereka yang berasal dari Kabupaten Sumba Barat Daya itu seluruhnya berjumlah 27 orang. Para TKI ini dibawa oleh seorang calo TKI bernama Dona. Calo TKI tersebut menawarkan mereka untuk bekerja di perusahaan sawit.

“Orang itu (Dona, calo TKI-red) tidak ada bilang kami akan dibawa ke Malaysia. Dia bilang kami akan dibawa ke Kalimantan untuk bekerja di perusahaan sawit,” tutur Petrus mulai bercerita.

Sebanyak 27 TKI itu dibawa oleh Dona pada 2 Juli 2014. Sebelum berangkat, Dona menjanjikan gaji sebesar Rp100 ribu perhari pada para TKI itu. Mereka berangkat dari Sumba Barat Daya ke Kupang dengan menggunakan Kapal Ferry. Kemudian dari Kupang mereka dibawa ke Surabaya dengan menggunakan pesawat. Setiba di Surabaya, para TKI ini langsung naik ke Kapal Bukit Raya tujuan Pontianak. Dari Pontianak inilah mereka kemudian menuju Entikong lanjut ke Serian, Malaysia.

Di Serian, Malaysia, masih kata Petrus, mereka dipekerjakan di perkebunan sawit milik Acian. Sesampai di perkebunan sawit milik Acian ini, pemiliknya menjanjikan gaji sebesar 35 Ringgit untuk panen sawit sebanyak satu ton. “Kerja kami tidak hanya panen sawit. Kalau memupuk sawit hanya diupah 2,5 ringgit untuk satu karung pupuk yang beratnya 25 kg,” ceritanya.

Namun ternyata, janji Acian untuk memberi upah pada para TKI ini hanya kosong belakang. Setelah enam bulan bekerja, tidak satu peserpun uang mereka terima dari Acian. Bahkan makan mereka sehari-hari pun tidak ditanggung. Kondisi inilah yang membuat para TKI tersebut ingin kabur.

Ide untuk segera kabur pertama kali datang dari Hani (22). Dialah yang mengajak rekan-rekannya untuk kabur dari camp milik Acian itu. Ajakan Hani ternyata disetujui oleh 16 rekannya. Sementara 10 rekannya yang lain memilih untuk bertahan sampai awal Februari nanti. “Sepuluh rekan kami ini masih menunggu gaji mereka sampai awal bulan nanti. Kalau gajinya juga tidak dibayar, mereka akan kabur,” ungkap Hani.

Sebelum kabur, para TKI tersebut mengecek dahulu jalan yang akan mereka lewati untuk sampai ke Indonesia. Seharian mengecek jalan yang akan dilalui. Tepat pada tanggal 20 Januari para TKI ini akhirnya kabur meninggalkan camp mereka. “Kami kabur pada pukul 03.00 pagi,” ceritanya.

Selama dua hari satu malam, para TKI tersebut berjalan menerobos hutan. Sesampai di Pos Pamtas Sungai Kelik, mereka diantar oleh tiga anggota TNI sampai ke Senaning. “Selama perjalanan dari camp ke Senaning, kami hanya makan mie instan mentah,” kata dia.

Sementara Kepala Disnakertans Kabupaten Sintang, Florensius Kaha menyampaikan para TKI ini akan segera diantar ke Pontianak. Sesampai di Pontianak mereka akan diurus oleh Dinas Sosial Pemprov Kalbar untuk diantar ke Jakarta. Nanti sesampai di Jakarta mereka akan diantar ke daerah asalnya.

Kaha mengungkapkan selama 2014 kemarin, sebanyak 60 TKI yang kabur dari Malaysia melewati Sintang. Sebagian besar mereka berasal dari Jawa Timur, NTT dan NTB. “Untuk Januari ini saja sudah ada 22 orang TKI yang kabur dari Malaysia melalui Sintang,” ujarnya.

Pewarta: Faiz

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015