Sintang (Antara Kalbar) - Ornamen Dayak yang sedang dibuat di Pagar Gedung DPRD Kabupaten Sintang dinilai tak bermakna, kata aktivis kesenian Dayak, Silvanus Barage.
Ia memprotes keras pembuatan ornamen yang tidak bermakna tersebut.

"Saya tersinggung sekali dengan apa yang mereka buat di sana. Ornamen Dayak yang mereka buat memang tidak punya makna," tegas Silvanus.

Menurut dia, ornamen Dayak yang dibuat harus memiliki pesan dan filosofi yang disampaikan oleh nenek moyang. Dia meminta pemborong proyek pembuatan ornamen di Gedung DPRD Kabupaten Sintang untuk menjelaskan maknanya. "Tapi mereka tidak bisa menjelaskan pada saya," ujarnya.

Dia mengancam jika pembuatan ornamen ini terus dilakukan, pihaknya akan menuntut secara adat orang yang mengerjakan itu. "Siapapun dia, akan saya hadapi. Karena saya anggap dia menghina budaya Dayak," tegasnya.

Silvanus mengaku sangat kecewa karena ornament yang dibuat tidak mempunyai makna. Ornamen yang dibuat di pagar Gedung DPRD Kabupaten Sintang ini, kata Silvanus, tidak boleh dikerjakan sembarangan karena sifatnya monumental."Mungkin saya tidak kecewa kalau dia hanya berupa lukisan-lukisan karena sebentar saja sudah hilang," katanya.

Tapi kalau yang namanya monumental tidak bisa sembarangan. "Sebab saat kami sudah tidak ada lagi di dunia ini maka anak cucu kami akan menelitinya. Apa arti ornamen itu dan mengapa dibuat di sini," ujar dia.

Menurut Silvanus, jika ornamen yang dibuat tidak memiliki arti itu sama saja sebagai pembelokan budaya. "Ini bisa menyesatkan generasi yang akan datang," tegasnya
.
Dia menjelaskan biasanya yang namanya ornamen perasi itu harus memuat tiga penguasa alam yakni penguasa alam atas, tengah dan bawah. Karena itu merupakan kekuatan orang Dayak untuk melindungi dirinya dari serangan musuh. "Tidak boleh dibuat sembarangan kayak gitu. Itu saya anggap menghina," kata Silvanus.

Tidak hanya ornamen di pagar Gedung DPRD Kabupaten Sintang yang disoroti Silvanus. Dia juga mempertanyakan mengapa Gedung Kesenian yang dibangun Pemkab Sintang tidak dibuat ornamen yang melambangkan ciri khas daerah. "Padahal ini Gedung Kesenian satu-satunya. Mestinya harus ada ciri khas daerah di situ," saran dia.

Ia menilai kalau sampai Gedung Kesenian tidak dibuat ornamen, ini sangat keterlaluan. "Itu artinya orang yang tidak menghargai budaya leluhurnya. Kalau orang sudah tidak menghargai budaya maka orang itu sudah tidak beradat dan beradab," tutur dia.

Dia menyampaikan jangan sampai nanti orang salah menganggap. Orang justru menganggap Kantor CU sebagai Gedung Kesenian karena di sana banyak ornamennya. "Saya akan protes kalau sampai gedung itu tidak diberi ornamen," tandasnya.

Pewarta: Faiz

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015