Sekadau (Antara Kalbar) - Sudah 69 tahun Indonesia merdeka, namun kesejahteraan hidup seolah tidak dirasakan Cin Moy, warga Seberang Kapuas. Hidup dibawah garis kemiskinan, Cin Moy beserta keluarga kecilnya harus rela tingal di gubuk berukuran 3 x 2 meter. Sudah begitu, gubuknya hampir roboh pula.
“Kalau hujan kami harus tidur di tempat yang tidak bocor,apalagi cucu saya baru berumur dua tahun lebih. Kalau cuaca buruk kami harus menempatkan dia di tempat yang terhindar dari angin dan hujan,†kata Cin Moy sambil mengusap kepala cucunya.
Di gubuk ini, Cin Moy tinggal bersama anak lelakinya yang sudah memiliki istri dan anak. Cucu Cin Moy masih balita. Ketika didatangi, Cin Moy mengisahkan suka-dukanya selama tinggal di gubuk yang sudah ia huni sekitar 30-an tahun itu. Dengan usia yang tak lagi muda, Cin Moy sudah tak sanggup bekerja.
Nafkah keluarga kecil itu bergantung pada hasil kerja anaknya yang sehari-hari menjadi buruh bangunan. Hasil kerja Sekiong-anak Cin Moy- pun tidak menentu.
“Kalau ada yang ngajak kerja barulah dia bekerja, tapi kalau sedang sepi ya kerja serabutan, kerja apa saja yang penting ada hasil,†tutur Cin Moy.
Sejak ditinggal suaminya meninggal 30 tahun lalu, Cin Moy tak pernah beranjak dari tempat tinggalnya itu. Punya tempat tinggal yang lebih layak tentu sangat diinginkan Cin Moy. Namun apa daya, rejeki tidak sampai.
“Tanah sih ada, cukup lah untuk bangun rumah. Tapi uang tidak ada bagaimana mau bangun rumah,†keluhnya.
Cin Moy juga warga negara Indonesia. Wajar kalau ia ingin pemerintah memperhatikan nasibnya. Satu-satunya keinginan Cin Moy dari pemerintah adalah rehabilitasi tempat tinggalnya. Ia berharap pemerintah mengucurkan bantuan untuk memperbaiki gubuk yang selama ini ia tinggali.
“Kalau seandainya ada bantuan rumah dari pemerintah, kami sangat mau. Ini harapan saya, mudah-mudahan pemerintah melihat keadaan kami sekeluarga. Kasihan cucu saya yang masih kecil,†harap Cin Moy.
Pemerintah Desa Seberang Kapuas sejauh ini sudah berupaya membantu Cin Moy. Hal itu ia akui. Bantuan tersebut berupa penerangan listrik.
“Seumur-umur barulah merasakan penerangan listrik, sebelumnya kami hanya mengunakan lampu pelita. Saya sangat bersyukur dan berterimakasih kepada pemerintah desa. Mudah-mudahan bantuan rehab rumah bisa juga di bantu oleh pemerintah,†ucap Cin Moy.
Secara terpisah, Kepala Desa Seberang Kapuas Yemmi Ibrahim mengaku pihaknya akan mengusulkan agar Cin Moy beserta warga lain yang memiliki rumah tidak layak huni dapat bantuan dari pemerintah.
“Yang paling parah memang rumah Cin Moy. Kami sudah ajukan kepada pemerintah daerah untuk rehab rumah mereka,†aku Yemmi.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Sekadau, Suhardi menyatakan program bedah rumah dari pemerintah masih ada di Kementerian Sosial.
“Saat ini saya didampingi anggota DPRD telah mengusulkan ke pusat mengenai program ini. Kami juga sudah punya data-data warga yang rumahnya tidak layak huni di Kabupaten Sekadau. Mudah-mudahan tahun 2016 semuanya bisa terakomodir,†pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
“Kalau hujan kami harus tidur di tempat yang tidak bocor,apalagi cucu saya baru berumur dua tahun lebih. Kalau cuaca buruk kami harus menempatkan dia di tempat yang terhindar dari angin dan hujan,†kata Cin Moy sambil mengusap kepala cucunya.
Di gubuk ini, Cin Moy tinggal bersama anak lelakinya yang sudah memiliki istri dan anak. Cucu Cin Moy masih balita. Ketika didatangi, Cin Moy mengisahkan suka-dukanya selama tinggal di gubuk yang sudah ia huni sekitar 30-an tahun itu. Dengan usia yang tak lagi muda, Cin Moy sudah tak sanggup bekerja.
Nafkah keluarga kecil itu bergantung pada hasil kerja anaknya yang sehari-hari menjadi buruh bangunan. Hasil kerja Sekiong-anak Cin Moy- pun tidak menentu.
“Kalau ada yang ngajak kerja barulah dia bekerja, tapi kalau sedang sepi ya kerja serabutan, kerja apa saja yang penting ada hasil,†tutur Cin Moy.
Sejak ditinggal suaminya meninggal 30 tahun lalu, Cin Moy tak pernah beranjak dari tempat tinggalnya itu. Punya tempat tinggal yang lebih layak tentu sangat diinginkan Cin Moy. Namun apa daya, rejeki tidak sampai.
“Tanah sih ada, cukup lah untuk bangun rumah. Tapi uang tidak ada bagaimana mau bangun rumah,†keluhnya.
Cin Moy juga warga negara Indonesia. Wajar kalau ia ingin pemerintah memperhatikan nasibnya. Satu-satunya keinginan Cin Moy dari pemerintah adalah rehabilitasi tempat tinggalnya. Ia berharap pemerintah mengucurkan bantuan untuk memperbaiki gubuk yang selama ini ia tinggali.
“Kalau seandainya ada bantuan rumah dari pemerintah, kami sangat mau. Ini harapan saya, mudah-mudahan pemerintah melihat keadaan kami sekeluarga. Kasihan cucu saya yang masih kecil,†harap Cin Moy.
Pemerintah Desa Seberang Kapuas sejauh ini sudah berupaya membantu Cin Moy. Hal itu ia akui. Bantuan tersebut berupa penerangan listrik.
“Seumur-umur barulah merasakan penerangan listrik, sebelumnya kami hanya mengunakan lampu pelita. Saya sangat bersyukur dan berterimakasih kepada pemerintah desa. Mudah-mudahan bantuan rehab rumah bisa juga di bantu oleh pemerintah,†ucap Cin Moy.
Secara terpisah, Kepala Desa Seberang Kapuas Yemmi Ibrahim mengaku pihaknya akan mengusulkan agar Cin Moy beserta warga lain yang memiliki rumah tidak layak huni dapat bantuan dari pemerintah.
“Yang paling parah memang rumah Cin Moy. Kami sudah ajukan kepada pemerintah daerah untuk rehab rumah mereka,†aku Yemmi.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Sekadau, Suhardi menyatakan program bedah rumah dari pemerintah masih ada di Kementerian Sosial.
“Saat ini saya didampingi anggota DPRD telah mengusulkan ke pusat mengenai program ini. Kami juga sudah punya data-data warga yang rumahnya tidak layak huni di Kabupaten Sekadau. Mudah-mudahan tahun 2016 semuanya bisa terakomodir,†pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015