Singkawang (Antara Kalbar) - Mardiono, petani warga Desa Rantau Sawah, Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang, membutuhkan bantuan dari donatur untuk mengobati dirinya yang dua tahun terakhir diserang tumor Colli Dextra.

Kini, dia hanya bisa terbaring di rumah saja, sambil menunggu para donatur yang mau memberikan sumbangan berupa uang, untuk biaya perobatan selama berada di Rumah Sakit Darmais, Spesialis Kanker, Jakarta kelak.

"Rencananya kami akan ke Jakarta minggu depan, dan akan menjalani perawatan selama 6 minggu di sana," ujar Ratna Desi dan Triani Ningsih, keponakan Mardiono saat berada di Singkawang.

Jika saja ada yang ingin menyalurkan bantuan, bisa langsung dikirim ke rekening Mardiono, dengan No. Rekening 0363042460 – IDR, atas nama Mardiono, Bank BNI.

Meski Mardiono menggunakan BPJS untuk menjalani pengobatan, tapi belum menanggung biaya perobatan semuanya. Sementara, biaya hidup selama berada di Jakarta juga tentunya tidak sedikit. "Untuk itulah kami mohon bantuan dari para donatur yang mau memberikan sumbangsihnya berupa uang,"  harap Desi.

Diceritakan Desi, bahwa apa yang dialami pamannya itu berawal dari tumbuhnya benjolan di dekat telinga sebelah kanan. Seiring berjalannya waktu, benjolan yang tumbuh di batang leher sebelah kanan itu semakin membesar.
 
Lantas, pihak keluarga pun menyarankan agar Mardiono dirawat ke Rumah Sakit Vincentius di Jalan P. Diponegoro Singkawang.

Disana, benjolan tersebut dibelah untuk diambil samplenya. "Hasilnya diketahui jika paman menderita Tumor Colli Dextra," cerita Desi.

Lantaran tak ada biaya itulah, akhirnya pihak keluarga pun mengambil jalan agar Mardiono dirawat di rumah saja. Dengan mengkonsumsi obat herbal secara rutin, pihak keluarga berharap agar penyakit yang diderita Mardiono segera sembuh.

Namun benjolan di leher Mardiono bukannya semakin mengempis justru semakin membesar hingga menutup telinga, dan akhirnya pecah mengeluarkan darah segar.

“Pecahnya ada sekitar satu minggu yang lalu, darah yang keluar itu sekitar satu liter. Sejak itulah paman tidak bisa bekerja lagi. Bergerak saja susah, tidur pun susah. Bahkan ketika batuk pun harus memegang dada, karena terasa sakitnya,” kata dia.
 
Akhirnya, pihak keluarga kembali membawa Mardiono ke Rumah Sakit Vincentius. "Setelah satu hari berada di rumah sakit, benjolan itu kembali pecah. Kali ini darah yang keluar tidak sebanyak dari sebelumnya," jelas Desi.

Masih cerita Desi, melihat kondisi Mardiono semakin memprihatinkan, akhirnya pihak rumah sakit menyarankan agar benjolan di leher Mardiono diperban saja. Kemudian otak dan bagian lainnya di CT-scan. "Untungnya paman tidak apa-apa,” kata dia.
 
Setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Vincetius, Mardiono dirujuk ke Rumah Sakit Soedarso agar mendapatkan perawatan lebih baik. Ternyata di rumah sakit itu tidak bisa menangani dan menyarankan agar Mardiono dirujuk ke Rumah Sakit Darmais, Spesialis Kanker, Jakarta.


Pewarta: Rudi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015