Jenewa (Antara Kalbar/Reuters) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry tetap akan membela Israel jika dituduh melakukan kejahatan perang oleh badan hak asasi manusia PBB pada Senin meski hubungan kedua negara tengah memburuk.

         Hubungan Washington dengan Israel kini berada di titik terendah selama beberapa tahun terakhir karena tindakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang setuju untuk memberi pidato di depan Kongres meski mengetahui bahwa acara tersebut direncanakan oleh politisi Partai Republik tanpa persetujuan dari presiden.

        Dalam pidato yang dijadwalkan digelar pada Selasa itu, Netanyahu akan mengkritik perundingan nuklir antara Iran dengan sejumlah negara lain yang dipimpin oleh Kerry.

         Kerry sendiri tiba di Jenewa pada Ahad malam untuk berunding dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Dalam negosiasi itu, Amerika Serikat berupaya untuk membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sejumlah sanksi ekonomi.

         Selain bertemu dengan Zarif, Kerry juga akan berpidato di depan Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk membela Israel melawan bias internasional terhadap negara Yahudi tersebut.

         "Sikap kami adalah selalu membela Israel dan melindungi kepentingan Israel di Dewan Hak Asasi Manusia PBB," kata pejabat Washington yang mendampingi Kerry ke Jenewa.

         PBB sendiri saat ini memang tengah melakukan penyelidikan atas konflik di Gaza pada pertengahan tahun lalu yang menewaskan lebih dari 2.100 warga Palestina--sebagian besar di antaranya adalah warga sipil--67 tentara Israel, dan enam warga sipil Israel. PBB berniat untuk mencari tahu kejahatan perang yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang berkonflik.

         Menurut sumber tersebut di atas, investigasi terhadap Israel harus dilakukan dengan "objektif, netral, dan tidak satu pihak serta mengandung bias."
    Hasil investigasi PBB akan dilaporkan pada 23 Maret mendatang. Menurut keterangan pejabat Amerika Serikat itu, Washington berupaya untuk "menggagalkan setiap upaya lanjutan" setelah laporan PBB disiarkan.

         Sementara itu di dalam negeri, opini publik Amerika Serikat kini terpecah mengenai persoalan pidato Netanyahu di depan Kongres. Pemimpin Israel dari partai Likud itu diperkirakan akan mengkritik Washington atas perundingan nuklir yang dijalankan bersama Iran.

         Netanyahu sendiri memang memprioritaskan persoalan nuklir Iran dalam kebijakan politik luar negeri karena menilai Tehran sebagai musuh utama di Timur Tengah. Dalam sejumlah kesempatan dia selalu menentang perundingan nuklir antara kelompok P5+1 dengan Iran.

         Israel khawatir bahwa Iran dan kelompok P5+1 akan mencapai kesepakatan yang melonggarkan sanksi ekonomi tanpa menerapkan pengawasan yang ketat untuk Iran demi memastikan dihentikannya program pengembangan senjata nuklir.

Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015