Sintang (Antara Kalbar) - Siswa di SDN 28 Mengkirai, Desa Mengkirai, Kecamatan Dedai belajar tanpa menggunakan meja kursi setelah empat ruang kelas terbakar pada 17 Februari tahun lalu.
"Siswa dari rumah bawa karung untuk alas duduk agar tidak kotor," tutur Kepala SDN 28 Mengkirai, Mardhani, saat dikunjungi rombongan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang.
Di dua lokal ruang kelas yang tersisa, terlihat hanya ada sekitar sepuluh kursi dan beberapa meja tua yang tersisa pascaterbakarnya sebagian gedung sekolah tersebut.
Rombongan tiba di sekolah itu sekitar pukul 12.30 WIB sehingga tidak bisa melihat para siswa yang belajar di lantai. Mardhani menuturkan, terbakarnya empat ruang kelas di sekolah itu, menghabiskan seluruh fasilitas yang ada di SD tersebut.
"Sewaktu banjir tahun lalu, semua kursi dan meja di dua ruang kelas ini kami pindahkan ke empat ruang kelas yang letaknya lebih tinggi. Kemudian empat ruang kelas itu terbakar sehingga habislah semua fasilitas sekolah mulai dari kursi sampai buku-buku," kata dia.
Dia menambahkan, kondisi tersebut juga membuat kegiatan belajar para siswa harus digabung. Satu lokal ruang kelas digunakan untuk siswa kelas I dan II, sedangkan satu lokal ruang kelas yang lain digunakan untuk kelas III dan IV. "Siswa kelas V dan VI sementara belajar di gereja," ungkapnya.
Tidak hanya itu, nasib masa depan 62 siswa ini juga harus dipertaruhkan dengan seringnya para guru di sekolah itu meninggalkan tugas mereka. Di sekolah ini, ada lima orang guru PNS termasuk para sekolah. Namun yang rajin mengajar hanya kepala sekolahnya saja.
Sementara empat guru lainnya jarang mengajar dan hanya makan gaji buta saja. "Kalau guru-guru tidak mengajar, saya sendirilah yang mengajar dari kelas I sampai kelas VI. Biasanya saya minta bantu istri mengajar jika para guru tidak mengajar," ungkap Mardhani.
Dia mengatakan para guru mulai malas mengajar sudah berlangsung setahun ini, yaitu sejak sebagian gedung sekolah terbakar. "Mungkin mereka malas mengajar karena fasilitas tidak ada," terangnya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang, Marchues Afen mengatakan pihaknya tahun ini akan segera membangun kembali empat ruang kelas SDN 28 Mengkirai yang terbakar itu. Namun sebelum gedung sekolah itu dibangun, pihaknya meminta kepala desa dan seluruh tokoh masyarakat membuat surat pernyataan untuk menjaga fasilitas gedung sekolah yang sudah dibangun.
"Kalau mereka tidak bisa membuat surat pernyataan ini, kami tidak akan membangunnya," tegasnya. Dia mengimbau para guru di SD itu untuk tetap melaksanakan tugasnya. Jika masih terus sering meninggalkan tugas, Afen menegaskan pihaknya tidak segan-segan memberikan sanksi tegas pada para guru tersebut. Dalam kunjungan ini, Afen menyerahkan secara simbolis bantuan 30 kursi dan meja untuk sekolah itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Siswa dari rumah bawa karung untuk alas duduk agar tidak kotor," tutur Kepala SDN 28 Mengkirai, Mardhani, saat dikunjungi rombongan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang.
Di dua lokal ruang kelas yang tersisa, terlihat hanya ada sekitar sepuluh kursi dan beberapa meja tua yang tersisa pascaterbakarnya sebagian gedung sekolah tersebut.
Rombongan tiba di sekolah itu sekitar pukul 12.30 WIB sehingga tidak bisa melihat para siswa yang belajar di lantai. Mardhani menuturkan, terbakarnya empat ruang kelas di sekolah itu, menghabiskan seluruh fasilitas yang ada di SD tersebut.
"Sewaktu banjir tahun lalu, semua kursi dan meja di dua ruang kelas ini kami pindahkan ke empat ruang kelas yang letaknya lebih tinggi. Kemudian empat ruang kelas itu terbakar sehingga habislah semua fasilitas sekolah mulai dari kursi sampai buku-buku," kata dia.
Dia menambahkan, kondisi tersebut juga membuat kegiatan belajar para siswa harus digabung. Satu lokal ruang kelas digunakan untuk siswa kelas I dan II, sedangkan satu lokal ruang kelas yang lain digunakan untuk kelas III dan IV. "Siswa kelas V dan VI sementara belajar di gereja," ungkapnya.
Tidak hanya itu, nasib masa depan 62 siswa ini juga harus dipertaruhkan dengan seringnya para guru di sekolah itu meninggalkan tugas mereka. Di sekolah ini, ada lima orang guru PNS termasuk para sekolah. Namun yang rajin mengajar hanya kepala sekolahnya saja.
Sementara empat guru lainnya jarang mengajar dan hanya makan gaji buta saja. "Kalau guru-guru tidak mengajar, saya sendirilah yang mengajar dari kelas I sampai kelas VI. Biasanya saya minta bantu istri mengajar jika para guru tidak mengajar," ungkap Mardhani.
Dia mengatakan para guru mulai malas mengajar sudah berlangsung setahun ini, yaitu sejak sebagian gedung sekolah terbakar. "Mungkin mereka malas mengajar karena fasilitas tidak ada," terangnya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sintang, Marchues Afen mengatakan pihaknya tahun ini akan segera membangun kembali empat ruang kelas SDN 28 Mengkirai yang terbakar itu. Namun sebelum gedung sekolah itu dibangun, pihaknya meminta kepala desa dan seluruh tokoh masyarakat membuat surat pernyataan untuk menjaga fasilitas gedung sekolah yang sudah dibangun.
"Kalau mereka tidak bisa membuat surat pernyataan ini, kami tidak akan membangunnya," tegasnya. Dia mengimbau para guru di SD itu untuk tetap melaksanakan tugasnya. Jika masih terus sering meninggalkan tugas, Afen menegaskan pihaknya tidak segan-segan memberikan sanksi tegas pada para guru tersebut. Dalam kunjungan ini, Afen menyerahkan secara simbolis bantuan 30 kursi dan meja untuk sekolah itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015