Nanga Pinoh (Antara Kalbar) - Peringatan Cap Go Meh di kabupaten Melawi dimulai dengan parade Pawai Budaya yang diikuti warga etnis Tionghoa, Dayak, Melayu, hingga Jawa.
Parade pawai budaya pun dilepas langsung oleh Bupati Melawi, Firman Muntaco, Rabu, di terminal SDF Nanga Pinoh.
Ketua MABT, Taufik ditemui di tempat kegiatan menerangkan pelaksanaan Cap Go Meh menjadi puncak dari perayaan Imlek. Tahun ini, juga untuk pertama kalinya MABT menggelar pawai seni budaya melibatkan multi etnis.
"Tema yang kita angkat adalah untuk kebersamaan, solidaritas, keterbukaan serta persatuan dan kesatuan untuk membangun kabupaten Melawi," katanya.
Taufik mengharapkan peringatan Cap Go Meh di tahun 2015 ini bisa menjadi kegiatan budaya etnis Tionghoa dan juga menjadi pemersatu antar etnis yang ada di kabupaten Melawi.
"Selain pawai budaya, kita juga menggelar pawai lampion malamnya, setelah itu ada pawai atraksi tatung yang akan diikuti 12 tatung, enam dari Pontianak, satu dari Nanga Pinoh dan lima dari Sintang. Dan puncaknya adalah malam hiburan dimana kita mendatangkan artis mandarin dari Jakarta," katanya.
Bupati Melawi, Firman Muntaco yang ditemui usai melepas peserta pawai budaya mengatakan ia berkeinginan Melawi bisa menjadi kota budaya dengan adanya kegiatan tahunan yang rutin diselenggarakan seperti peringatan Imlek dan Cap Go Meh.
"Walau di Kalbar pusat Cap Go Meh diselenggarakan di Kota Singkawang dan kita juga menerima undangannya, tapi tekad kawan-kawan di Melawi, budaya masyarakat Tionghoa ini juga kita selenggarakan sendiri," katanya.
Dengan mewujudkan Melawi sebagai kota budaya, Firman mengatakan tentu akan ada konsekuensi yang menjadi perhatian Pemkab. Seperti dukungan pembangunan infrastruktur. Pemerintah, kata dia hanya berharap tokoh masyarakat dari berbagai etnis harus ada kolaborasi bagaimana agar Melawi identik dengan kota budaya dengan multi etnis yang dimiliki.
"Karena budaya tahunan, tentu semua etnis memiliki berbagai budayanya, baik dari dayak maupun melayu. Tapi tentunya kita inginkan ini jangan sekadar rutinitas. Seperti tatung, kalau bisa dipertahankan sebagai budaya tahunan di Melawi tentu tidak akan menjadi masalah. Jadi budaya ini tidak hanya ada di Singkawang, karena masyarakat Tionghoa juga tersebar di berbagai kabupaten," katanya.
Nah, lanjut dia, sebagai kabupaten yang berada di wilayah timur, etnis Tionghoa di Melawi harus memberanikan diri untuk bisa menyetarakan diri dan mensejajarkannya dengan etnis lain. Apalagi juga Melawi menjadi bagian cikal bakal provinsi Kapuas Raya ke depannya.
Sejumlah organisasi yang turut serta dalam pawai budaya diantaranya dari Paguyuban Adat dan Budaya Jawa (PABJ), FOPAD, Vihara, MABT, BS PBK, Laskar Pemuda Melayu, serta drumband dari SMP 1 dan SMP 6 Nanga Pinoh. Selain dilepas langsung bupati Melawi, sejumlah pejabat juga ikut hadir diantaranya ketua DPRD Melawi, Dandim 1205 Sintang, Kapolres Melawi, Ketua PKK dan para kepala dinas.
(Ekos/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Parade pawai budaya pun dilepas langsung oleh Bupati Melawi, Firman Muntaco, Rabu, di terminal SDF Nanga Pinoh.
Ketua MABT, Taufik ditemui di tempat kegiatan menerangkan pelaksanaan Cap Go Meh menjadi puncak dari perayaan Imlek. Tahun ini, juga untuk pertama kalinya MABT menggelar pawai seni budaya melibatkan multi etnis.
"Tema yang kita angkat adalah untuk kebersamaan, solidaritas, keterbukaan serta persatuan dan kesatuan untuk membangun kabupaten Melawi," katanya.
Taufik mengharapkan peringatan Cap Go Meh di tahun 2015 ini bisa menjadi kegiatan budaya etnis Tionghoa dan juga menjadi pemersatu antar etnis yang ada di kabupaten Melawi.
"Selain pawai budaya, kita juga menggelar pawai lampion malamnya, setelah itu ada pawai atraksi tatung yang akan diikuti 12 tatung, enam dari Pontianak, satu dari Nanga Pinoh dan lima dari Sintang. Dan puncaknya adalah malam hiburan dimana kita mendatangkan artis mandarin dari Jakarta," katanya.
Bupati Melawi, Firman Muntaco yang ditemui usai melepas peserta pawai budaya mengatakan ia berkeinginan Melawi bisa menjadi kota budaya dengan adanya kegiatan tahunan yang rutin diselenggarakan seperti peringatan Imlek dan Cap Go Meh.
"Walau di Kalbar pusat Cap Go Meh diselenggarakan di Kota Singkawang dan kita juga menerima undangannya, tapi tekad kawan-kawan di Melawi, budaya masyarakat Tionghoa ini juga kita selenggarakan sendiri," katanya.
Dengan mewujudkan Melawi sebagai kota budaya, Firman mengatakan tentu akan ada konsekuensi yang menjadi perhatian Pemkab. Seperti dukungan pembangunan infrastruktur. Pemerintah, kata dia hanya berharap tokoh masyarakat dari berbagai etnis harus ada kolaborasi bagaimana agar Melawi identik dengan kota budaya dengan multi etnis yang dimiliki.
"Karena budaya tahunan, tentu semua etnis memiliki berbagai budayanya, baik dari dayak maupun melayu. Tapi tentunya kita inginkan ini jangan sekadar rutinitas. Seperti tatung, kalau bisa dipertahankan sebagai budaya tahunan di Melawi tentu tidak akan menjadi masalah. Jadi budaya ini tidak hanya ada di Singkawang, karena masyarakat Tionghoa juga tersebar di berbagai kabupaten," katanya.
Nah, lanjut dia, sebagai kabupaten yang berada di wilayah timur, etnis Tionghoa di Melawi harus memberanikan diri untuk bisa menyetarakan diri dan mensejajarkannya dengan etnis lain. Apalagi juga Melawi menjadi bagian cikal bakal provinsi Kapuas Raya ke depannya.
Sejumlah organisasi yang turut serta dalam pawai budaya diantaranya dari Paguyuban Adat dan Budaya Jawa (PABJ), FOPAD, Vihara, MABT, BS PBK, Laskar Pemuda Melayu, serta drumband dari SMP 1 dan SMP 6 Nanga Pinoh. Selain dilepas langsung bupati Melawi, sejumlah pejabat juga ikut hadir diantaranya ketua DPRD Melawi, Dandim 1205 Sintang, Kapolres Melawi, Ketua PKK dan para kepala dinas.
(Ekos/N005)
Editor : Nurul Hayat
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015