Jakarta (Antara Kalbar) - Sebanyak 400 juta orang di seluruh dunia dinilai minim dan tidak memiliki akses kepada layanan kesehatan esensial dan sekitar 6 persen populasi negara berkembang global dicemaskan terjerat ke dalam kemiskinan ekstrem akibat beban biaya kesehatan.
Siaran pers WHO-Grup Bank Dunia yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, kedua lembaga mengeluarkan laporan bertajuk "Tracking Universal Health Coverage" yang bertujuan mengukur cakupan layanan kesehatan dan perlindungan finansial guna menilai kemajuan negara-negara di dalam cakupan kesehatan universal.
Laporan tersebut melihat akses global layanan kesehatan termasuk perencanaan keluarga, pelayanan ibu hamil dan melahirkan, imunisasi anak, terapi antiretroviral, pengobatan tuberkolosis, dan akses kepada air bersih dan sanitasi.
Hasil dari laporan itu mengungkapkan bahwa setidaknya 400 juta orang di seluruh dunia kehilangan akses setidaknya kepada salah satu dari layanan kesehatan tersebut.
Direktur Senior Kesehatan, Nutrisi, dan Populasi Bank Dunia Tim Evans mengemukakan bahwa berbagai pihak terkait mesti memperluas akses kesehatan dan melindungi warga miskin dari pengeluaran biaya kesehatan yang membebani mereka.
"Laporan ini adalah peringatan karena menunjukkan jalan masih panjang untuk mencapai layanan kesehatan nasional," kata Tim Evans.
Sementara itu, Asisten Dirjen Sistem Kesehatan dan Inovasi WHO Marie Paule Kieny mengatakan perlunya komitmen untuk layanan cakupan kesehatan sosial.
Untuk itu, ujar dia, kebijakan dan program kesehatan seharusnya fokus kepada menyediakan layanan kesehatan berkualitas bagi warga miskin, perempuan dan anak-anak, masyarakat di daerah pedesaan, serta mereka yang berasal dari kelompok minoritas.
"Orang-orang yang paling tidak beruntung di dunia kehilangan bahkan layanan kesehatan paling mendasar," katanya.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa setidaknya di sepanjang 37 negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, enam persen populasi terancam terjerat ke dalam kemiskinan ekstrim karena mereka harus membayar beban kesehatan dari kantor mereka sendiri.
(M040/Yuniardi)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
Siaran pers WHO-Grup Bank Dunia yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, kedua lembaga mengeluarkan laporan bertajuk "Tracking Universal Health Coverage" yang bertujuan mengukur cakupan layanan kesehatan dan perlindungan finansial guna menilai kemajuan negara-negara di dalam cakupan kesehatan universal.
Laporan tersebut melihat akses global layanan kesehatan termasuk perencanaan keluarga, pelayanan ibu hamil dan melahirkan, imunisasi anak, terapi antiretroviral, pengobatan tuberkolosis, dan akses kepada air bersih dan sanitasi.
Hasil dari laporan itu mengungkapkan bahwa setidaknya 400 juta orang di seluruh dunia kehilangan akses setidaknya kepada salah satu dari layanan kesehatan tersebut.
Direktur Senior Kesehatan, Nutrisi, dan Populasi Bank Dunia Tim Evans mengemukakan bahwa berbagai pihak terkait mesti memperluas akses kesehatan dan melindungi warga miskin dari pengeluaran biaya kesehatan yang membebani mereka.
"Laporan ini adalah peringatan karena menunjukkan jalan masih panjang untuk mencapai layanan kesehatan nasional," kata Tim Evans.
Sementara itu, Asisten Dirjen Sistem Kesehatan dan Inovasi WHO Marie Paule Kieny mengatakan perlunya komitmen untuk layanan cakupan kesehatan sosial.
Untuk itu, ujar dia, kebijakan dan program kesehatan seharusnya fokus kepada menyediakan layanan kesehatan berkualitas bagi warga miskin, perempuan dan anak-anak, masyarakat di daerah pedesaan, serta mereka yang berasal dari kelompok minoritas.
"Orang-orang yang paling tidak beruntung di dunia kehilangan bahkan layanan kesehatan paling mendasar," katanya.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa setidaknya di sepanjang 37 negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, enam persen populasi terancam terjerat ke dalam kemiskinan ekstrim karena mereka harus membayar beban kesehatan dari kantor mereka sendiri.
(M040/Yuniardi)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015