Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Barat, Dwi Suslamanto mengungkapkan inflasi yang terjadi di Kalbar selama Ramadhan tahun ini masih terkendali, meski beberapa barang kebutuhan pokok mengalami kenaikan.

"Meskipun mengalami kenaikan seiring dengan memasuki bulan Ramadhan, realisasi inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada Juni 2015 relatif terkendali," kata Dwi Suslamanto di Pontianak, Senin.

Dia mengatakan, upaya stabilisasi harga yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui inspeksi mendadak ke pasar dan gudang-gudang distributor serta Operasi Pasar dan Pasar Murah yang dilakukan guna memastikan ketersediaan pasokan dapat meredam gejolak harga yang lebih tinggi terutama pada komoditas pangan strategis.

Tercatat inflasi Kalimantan Barat pada Juni 2015 adalah sebesar 0.54 persen per bulan, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya 0,49 persen per bulan. Meskipun relatif mengalami peningkatan, namun kenaikan harga yang terjadi selama bulan Juni 2015 jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi historis pada periode menjelang bulan Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 1.73 persen per bulan.

"Tekanan inflasi pada Juni 2015 terutama didorong oleh kenaikan harga bahan makanan memasuki bulan Ramadhan. Berdasarkan komponen pembentuknya, tekanan inflasi pada bulan laporan terutama didorong oleh peningkatan yang terjadi pada kelompok bahan pangan bergejolak (volatile foods) yang mencapai 1,69 per bulan atau 9.38 per tahun," tuturnya.

Hal itu bersumber dari tingginya peningkatan harga yang terjadi pada komoditas daging dan telur ayam ras, serta ikan kembung dan udang basah.

Sementara tekanan inflasi yang bersumber dari kelompok inti masih relatif moderat sebesar 0,33 persen per bulan, menurun dari bulan sebelumnya 0,72 persen per bulan.

Di sisi lain, setelah sebelumnya mengalami inflasi cukup tinggi kelompok administered prices tercatat mengalami deflasi pada periode ini sebesar -0,13 persen per bulan atau 12,74 persen per tahun.

"Secara spasial, relatif terhadap wilayah Kalimantan lainnya realisasi inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Barat, diikuti oleh Provinsi Kalimantan dan Kalimantan Timur," katanya.

Kendati relatif terkendali, namun terdapat beberapa potensi risiko inflasi yang perlu diantisipasi. Berdasarkan pemantauan pola historis selama empat tahun terakhir, tekanan inflasi mendatang terutama diprakirakan bersumber dari potensi risiko inflasi kelompok volatile foods dan administered prices.

Dari sisi volatile foods, tekanan tekanan inflasi pada kelompok komoditas pangan bergejolak terutama ditengarai disebabkan oleh faktor distribusi dan pembentukan harga pasalnya berdasarkan hasil sidak ke pasar serta gudang-gudang besar yang telah dilakukan diketahui bahwa kondisi stok dalam keadaan aman dan mencukupi.

"Selain itu, terkait risiko iklim dan cuaca, salah satu potensi risiko yang dikhawatirkan adalah potensi terjadinya El Nino dengan dampak kerusakan lebih besar dari sebelumnya.Potensi risiko lainnya diprakirakan berasal dari tekanan kelompok komoditas administered prices, selain itu, kenaikan tekanan inflasi transportasi angkutan, terutama angkutan udara menjelang berlangsungnya perayaan Lebaran menjadi salah satu potensi utama pada Juli 2015 mendatang," kata Dwi.

(KR-RDO/N005)

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015