Kupang (Antara Kalbar) - Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan NTT Naek Tigor Sinaga optimis bahwa perekonomian di Nusa Tenggara Timur masih aman dari tekanan dolar AS yang berdampak terhadap nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi mencapai Rp13.995.

"Biarpun nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi bergerak melemah sebesar lima poin menjadi Rp13.995 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13.990 per dolar AS, NTT masih aman, sehingga tidak perlu diresahkan," katanya kepada Antara di Kupang, Senin.

Artinya kata dia, dampak pelemahan rupiah di daerah itu minim bila dibanding dengan daerah lain.

Indikatornya kata dia, nampak dari struktur ekonomi NTT masih berada pada sektor pertanian, perikanan dan kelautan yang mencapai 29,8 persen mendukung kecilnya nilai impor bahan baku.

Sedangkan demikian Naek Tigor Sinaga sektor industri pengolahan hanya sebesar 1,23 persen dari total PDRB.

Berikut angka ekspor NTT hanya Rp270 miliar kurs 13.000 per dolar atau 0,4 persen dari total PDRB 2014 yang mencapai Rp68,60 triliun, dan impor hanya Rp414,83 miliar atau 0,6 peren dari PDRB.

Namun ia mengingatkan ada gap ekspor-impor antardaerah yang mencapai net impor sampai 50 persen, sebagian besar terdiri dari beras dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

"Kalau beras belum dipengaruhi dolar karena saat ini sedang panen raya. Kecuali bisnis suku cadang yang didatangkan dari luar negeri yang harus waspada, karena harganya pasti segera melonjak," kata Dia.

Hal ini (lonjakan harga suku cadang perangkat lunak) dibenarkan Pemilik Kharisma Komputer di Jalan WJ Lalamentik Kupang Johan Kusuma yang juga sudah merasakan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dimana Omset penjualan komputer dan laptop semakin menurun sejak awal Januari 2015.

Menurut Johan Kusuma tokonya yang sebelumnya dipadati oleh konsumen fasilitas dan perangkat lunak ini, makin sepi pengunjung. Jika pelemahan rupiah terus berlangsung, kata John, maka Toko Kharisma Komputer bisa saja ditutup sementara.

"Itu langkah terakhir. Saya punya rasa kemanusiaan terhadap karyawan yang begini banyak. Ada yang sedang hamil, baru saja melahirkan, tidak mungkin saya memberhentikan mereka. Saya hanya menginformasikan kepada mereka tentang kondisi kita saat ini. Saya berpesan kepada mereka agar kerja yang benar," tutur John.

Mengatasi kondisi saat ini, Johan melakukan efisiensi dengan mengurangi pengeluran yang kurang mendesak.

Menurut dia, harga laptop baru naik sekitar 10 persen. "Saat harga laptop stabil, tidak terjual, apalagi harganya naik. Penjualan Kharisma Komputer menurun 50 persen dibandingkan sebelumnya," katanya.

Pewarta: Hironimus Bifel

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015