Jakarta (Antara Kalbar) - Peneliti Ekologi dan Lingkungan Gambut Dr Haris Gunawan mengatakan pembangunan sekat kanal terbukti efektif mencegah kebakaran hutan dan lahan di Riau.
"Pembangunan sekat kanal menunjukkan hasil yang baik. Kami tidak menemukan titik api atau hotspot di lokasi sekat kanal sehingga memberikan pembelajaran berharga," kata Haris kepada Antara melalui telepon di Jakarta, Minggu.
Peneliti mengatakan sejumlah wilayah yang telah mengaplikasikan sekat di kanal lahan gambut di Provinsi Riau adalah di Desa Sungai Tohor dan Desa Tanjung Sari di Kabupaten Kepulauan Meranti, serta Desa Kampung Jawa, Desa Tanjung Leban dan Desa Sepahat di Kabupaten Bengkalis.
Haris yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Studi Bencana Universitas Riau menjelaskan tim tidak menemukan kebakaran di lahan gambut yang sudah kembali terendam air di lima desa tersebut.
Dia menjelaskan keberhasilan penyekatan di kanal lahan gambut untuk mencegah kebakaran memerlukan partisipasi seluruh masyarakat dan pemerintah di lokasi pembangunan.
"Harus ada identifikasi dan investasi kondisi sosial masyarakat serta rekayasa sosial. Ini hal penting untuk optimalisasi sekat kanal yang memberi manfaat gambut kering menjadi basah dan lembab," jelas Haris.
Sebelumnya pada 27 November 2014, Presiden Joko Widodo meresmikan upaya penyekatan kanal di Desa Sungai Tohor Kabupaten Kepulauan Meranti bersama sejumlah LSM lingkungan hidup dan sosial untuk pencegahan karhutla.
Lahan gambut di desa tersebut sebelumnya terbakar karena areal yang kering setelah pembuatan kanal yang mengalirkan air gambut ke sungai.
Masyarakat di desa memulai penghijauan dengan mengembalikan fungsi lahan gambut untuk tanaman sagu yang membutuhkan air sehingga mereka mengaplikasikan sekat di kanal tersebut.
Upaya tersebut membuahkan hasil positif dimana pada musim panas 2015, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tidak menemukan titik api di daerah itu.
Menurut data dari KLHK, jumlah titik api di Provinsi Riau jauh berkurang pada periode Januari-Mei 2015 dibanding periode yang sama tahun 2014.
Kementerian mendapat laporan bahwa pada 2015 hanya terdapat 1.893 "hotspot" di Riau dimana pada tahun sebelumnya terdapat 7.271 titik panas.
Data tersebut juga dibuktikan oleh pengamatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mengamati wilayah tersebut dari udara dan menemukan bahwa lahan gambut di wilayah yang dipasangi sekat kanal menjadi basah dan tidak terbakar.
(B019/N. Yuliastuti)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015
"Pembangunan sekat kanal menunjukkan hasil yang baik. Kami tidak menemukan titik api atau hotspot di lokasi sekat kanal sehingga memberikan pembelajaran berharga," kata Haris kepada Antara melalui telepon di Jakarta, Minggu.
Peneliti mengatakan sejumlah wilayah yang telah mengaplikasikan sekat di kanal lahan gambut di Provinsi Riau adalah di Desa Sungai Tohor dan Desa Tanjung Sari di Kabupaten Kepulauan Meranti, serta Desa Kampung Jawa, Desa Tanjung Leban dan Desa Sepahat di Kabupaten Bengkalis.
Haris yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat Studi Bencana Universitas Riau menjelaskan tim tidak menemukan kebakaran di lahan gambut yang sudah kembali terendam air di lima desa tersebut.
Dia menjelaskan keberhasilan penyekatan di kanal lahan gambut untuk mencegah kebakaran memerlukan partisipasi seluruh masyarakat dan pemerintah di lokasi pembangunan.
"Harus ada identifikasi dan investasi kondisi sosial masyarakat serta rekayasa sosial. Ini hal penting untuk optimalisasi sekat kanal yang memberi manfaat gambut kering menjadi basah dan lembab," jelas Haris.
Sebelumnya pada 27 November 2014, Presiden Joko Widodo meresmikan upaya penyekatan kanal di Desa Sungai Tohor Kabupaten Kepulauan Meranti bersama sejumlah LSM lingkungan hidup dan sosial untuk pencegahan karhutla.
Lahan gambut di desa tersebut sebelumnya terbakar karena areal yang kering setelah pembuatan kanal yang mengalirkan air gambut ke sungai.
Masyarakat di desa memulai penghijauan dengan mengembalikan fungsi lahan gambut untuk tanaman sagu yang membutuhkan air sehingga mereka mengaplikasikan sekat di kanal tersebut.
Upaya tersebut membuahkan hasil positif dimana pada musim panas 2015, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tidak menemukan titik api di daerah itu.
Menurut data dari KLHK, jumlah titik api di Provinsi Riau jauh berkurang pada periode Januari-Mei 2015 dibanding periode yang sama tahun 2014.
Kementerian mendapat laporan bahwa pada 2015 hanya terdapat 1.893 "hotspot" di Riau dimana pada tahun sebelumnya terdapat 7.271 titik panas.
Data tersebut juga dibuktikan oleh pengamatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mengamati wilayah tersebut dari udara dan menemukan bahwa lahan gambut di wilayah yang dipasangi sekat kanal menjadi basah dan tidak terbakar.
(B019/N. Yuliastuti)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015