Pontianak (Antara Kalbar) - Komandan Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan Barat (Kalbar) Christiandy Sanjaya mengatakan, pihaknya tetap melakukan pemantauan untuk mencegah kembali munculnya titik api (hotspot) di daerah itu.

"Dari pantauan BMKG melalui satelit NOAA dan Modis tidak ditemukan hotspot di Kalbar saat ini, namun kita tetap akan terus melakukan pemantauan, jangan sampai kembali terjadi mucul hotspotnya," kata Christiandy di Pontianak, Minggu.

Dia sangat bersyukur karena saat ini terjadi hujan yang merata di seluruh Kalbar sehingga mengurangi asap yang beberapa waktu lalu sempat membahayakan kesehatan masyarakat yang menghirupnya.

Christiandy yang ditugaskan sebagai Komandan Satgas sebelumnya mengaku pusing terkait permasalahan asap yang terjadi di provinsi tersebut. Namun berkat upaya keras yang dilakukan timnya, untuk menanggulangi masalah itu, saat ini asap bisa diselesaikan.

"Saya rasa ini juga berkat kerja keras dari satgas Doa yang dibentuk pada tim ini, karena satgas ini cuma ada di Kalbar. Mungkin berkat satgas Doa ini, dengan banyaknya masyarakat yang berdoa dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, saat ini Kalbar sudah turun hujan," tuturnya.

Meski saat ini sudah tidak ada lagi titik api namun dia dan tim satgas yang ada masih belum dibubarkan dan tetap bekerja memantau perkembangan dilapangan.

Wakil Gubernur Kalimantan Barat itu juga mengatakan, sulitnya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Kalbar dikarenakan sebagian besar lahan yang ada di Kalbar merupakan lahan gambut yang sangat rentan terjadi kebakaran lahan.

"Jadi, sedikit evaluasi, pada saat banyak titik api di Kalbar, jika kita melakukan `Water Bombing` pada lokasi yang ditentukan, maka apinya akan padam. Namun, besoknya, lahan itu akan terbakar lagi, karena bara api dari pembakaran lahan itu terserap ke dalam tanah dan akan kembali menimbulkan api, ketika permukaan tanah sudah kering," tuturnya.

Karena saat ini sudah tidak ada lagi titik api di Kalbar, dia meminta kepada masyarakat untuk tidak kembali melakukan pembakaran lahan.

"Kalau sudah banyak lahan yang terbakar, masyarakat sendiri yang rugi, karena bukan hanya kesehatan yang terganggu, tetapi juga aktivitas ekonomi juga terganggu. Jadi kita harus belajar dari pengalaman," kata Christiandy.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015