Pontianak (Antara Kalbar) - Direktur Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinan Hutahean, meminta Presiden Joko Widodo juga mengganti jajaran direksi BUMN dibidang energi menyusul isu resufle jilid II yang terus mengemuka ditengah publik harus dipergunakan presiden sebagai momentum baru memperbaiki yang kurang tepat selama ini.

Ferdinan Hutahean dalam keterangan tertulisnya kepada Antara di Pontianak, Jumat menyatakan, reshufle jangan hanya fokus pada menteri, presiden harus mengganti direksi BUMN yang salah tempat. Right man in the wrong place, ini harus diperhatikan presiden. Menyelesaikan masalah bangsa ini tidak boleh parsial, harus secara kompeherensif. Jika berkutat hanya pada menterinya saja dan parahnya lagi salah milih menteri juga, maka kebijakan kebawah akan semakin parah dan tidak terarah.

"Ini terbukti dalam pengangkatan beberapa direksi BUMN," katanya.

EWI mencermati beberapa BUMN yang khususnya bergerak di bidang energi. Karena memang BUMN sektor energi ini adalah BUMN raksasa yang punya nilai kapital besar tapi diurus oleh orang yang salah.

"Ini sama saja menyuruh masinis kereta api mengemudikan pesawat terbang, ya ujung-ujungnya pasti bangkrut," ungkapnya.

Seperti Dirut Pertamina, Dwi Sucipto. DS salah satu yang masuk kategori salah tempat, DS sosok yang pintar dan sukses disektor lain, tapi tidak memahami sektor Migas.
DS ini salah satu yang disebut right man in the wrong place. Hal ini terbukti bahwa DS yang punya kapasitas management tapi tidak mampu mengangkat performa Pertamina karena DS tidak paham tentang seluk beluk minyak dan gas.

Mestinya DS ini lebih tepat diangkat menjadi menteri di bidang perekonomian seperti pariwisawata, ekonomi kreatif UKM, atau BUMN lain yang tidak terlalu rumit seperti Pertamina. Atau bisa juga menjadi menPAN.

Sementara Pertamina harus dipimpin oleh orang yang paham seluk beluk bisnis Migas, dan akan lebih tepat jika dipimpin oleh orang yang berasal dari internal, ada banyak yang mampu dengan kapasitas bagus seperti mantan direktur niaga dan pemasaran Hanung Budhya atau yang lain yang lebih tepat.

Menurut pengamatan EWI, Hanung Budya memiliki pengalaman yang cukup, telah teruji dan disiplin keilmuan yang memadai untuk memimpin Pertamina dimasa Pemerintah SBY sebagai Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina.
Artinya, pilot ya memang harus mengemudikan pesawat terbang bukan kereta api,  sehingga the right man must be in the right place, supaya BUMN kita lebih bisa mensejahterakan bangsa.

"Atau bahasa terangnya kemampuan dan pengalaman harus jadi pertimbangan utama untuk menjadi dirut BUMN sebesar Pertamina," katanya.

Yang kedua adalah Dirut PT PLN Sofyan Basyir juga adalah contoh yang sama, SB boleh sukses disektor keuangan tapi gagal mengurus sektor energi seperti PLN. Jangan tempatkan ekonom mengurus teknologi karena pasti akan salah arah, dan sekarang PLN tidak jelas arah dan konsepnya terkait pembangunan 35 GW. SB juga layak diganti oleh presiden.

Yang ketiga adalah Dirut PT. PGN. Hendi adalah sosok yang sudah gagal membawa PGN untuk bangkit, terbukti PGN merosot nilai sahamnya dan terjadi penurunan pendapatan yang sangat tajam. Hendi juga layak diganti segera. Mengapa hal ini sangat perlu, karena BUMN sektor energi ini adalah nyawa bangsa yang bila salah urus, yang terancam adalah bangsa dan negara. Jokowi harus memahami hal ini supaya tidak salah memilih orang, katanya.

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2015