Jakarta (Antara Kalbar) - Foto daun-daun bunga zinnia berkapang di Stasiun Antariksa Internasional yang diunggah astronot Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) Scott Kelly tampak seperti petaka bagi ilmu pengetahuan.
Tapi apa yang terlihat seperti kegagalan dalam sistem itu sebenarnya merupakan peluang luar biasa bagi para ilmuwan di Bumi untuk memahami lebih baik lagi bagaimana tanaman bisa tumbuh dalam gravitasi mikro, dan memungkinkan para astronot mendalami tugas dalam misi antariksa: berkebun secara otonom.
"Tanaman belum tumbuh sempurna," kata pemimpin tim ilmiah NASA untuk tumbuhan, Dr Gioia Massa, "Saya pikir kita dapat banyak dari ini, dan kita mempelajari lebih banyak lagi soal tumbuhan dan cairan dan juga tentang bagaimana beroperasi lebih baik di antara tanah dan stasiun. Terlepas dari hasil akhirnya kita akan mendapatkan sangat banyak."
Fasilitas penumbuhan tanaman dipasang di laboratorium yang mengorbit pada awal Mei 2014 dan panen pertamanya, selada merah romaine, diaktifkan untuk tetap tumbuh. Siklus pertumbuhan pertama mengalami beberapa masalah.
"Kami kehilangan dua tanaman karena tekanan kekeringan pada penanaman awal dan karenanya kami sangat hati-hati menjaga penanaman kedua," kata manajer proyek sayuran, Trent Smith.
Penanaman kedua jenis selada yang sama diaktifkan awal Juli oleh astronot NASA Scot Kelly, dan berkat pelajaran dari upaya penanaman pertama, penyesuaian pengairan dan pengambilan gambar dari tanaman dilakukan.
Dedaunan hijau tumbuh sesuai jadwal, dengan hanya satu bantal tanaman yang tak berproduksi. Kali ini, kru bisa mengkonsumsi selada saat sudah siap panen sebulan kemudian.
Tanaman selanjutnya adalah sekelompok bunga zinnia, tapi mereka tak dipilih karena keindahannya. Mereka dipilih karena karena bisa membantu para ilmuwan memahami bagaimana tanaman bisa tumbuh dan berbunga di gravitasi mikro.
"Tanaman zinnia sangat berbeda dari selada," kata Trent Smith, "Lebih sensitif pada parameter lingkungan hidup dan karakteristik cahaya. Durasi tumbuhnya yang lebih lama antara 60 dan 80 hari. Jadi tanaman yang lebih sulit tumbu, dan membuatnya berbunga, bersama dengan durasi pertumbuhan yang lama, membuatnya sebagai prekursor yang baik bagi tanaman tomat."
Hanya lebih dari dua minggu hingga periode pertumbuhannya, astronot NASA Kjell Lindgren mencatat bahwa air merembes keluar dari sumbu-sumbunya, lipatan-lipatan putih berisi benih dan ditempelkan di bantalan-bantalan. Air merendam tiga dari tanaman-tanaman itu.
Dalam 10 hari, para ilmuwan mencatat adanya gutasi pada daun beberapa tanaman. Gutasi terjadi ketika ada tekanan internal yang memaksa kelebihan air dikeluarkan melalui ujung-ujung daun. Itu terjadi saat tanaman mengalami kelembaban tinggi. Selain itu daun-daun zinnia mulai melengkung ke bawah dan mengeriting secara drastis.
Kondisi yang disebut epinasti itu bisa mengindikasikan banjir di bagian akar. Semua anomali itu mengarah pada penghalangan aliran udara dalam fasilitas pertumbuhan tanaman yang jika dipadukan dengan kelebihan air dapat menimbulkan masalah bagi tanaman.
"Setelah mengamati gutasi dan banyaknya jumlah kelebihan air, kami memutuskan untuk mengganti kecepatan kipas sayuran dari rendah ke tinggi," kata Smith.
"Kami mempunyai bukti yang menunjukkan turunnya volume aliran udara internal fasilitas tanaman, dan perlu mengubah kecepatan kipas angin dari rendah ke tinggi untuk mengeringkan."
Perbaikan itu harus ditunda karena ada perjalanan antariksa pertengahan Desember. Pada saat itu jaringan-jaringan beberapa tanaman sudah mulai mati. Smith mendapat telepon pada 22 Desember pagi. Kebun sayuran dalam masalah.
Kelly kemudian memangkas jaringan-jaringan tanaman yang berkapang, yang kemudian disimpan di lemari es laboratorium bersuhu minus 80 derajat supaya bisa dibawa kembali ke Bumi dan dipelajari.
Permukaan tumbuhan dan bantalannya disanitasi dengan lap pembersih, dan kecepatan kipas angin dipertahankan tetap tinggi dengan harapan bisa menjaga ruang sayuran tetap kering dan pertumbuhan jamur berkurang.
Pada Malam Natal, Kelly menghubungi tim di darat untuk melaporkan masalah baru pada tanaman itu, Tampaknya kecepatan kipas yang tinggi membuat tanaman terlalu kering dan membuat tanaman membutuhkan lebih baik air. Dia kemudian diberitahu bahwa jadwal menyiram selanjutnya baru 27 Desember.
"Saya pikir itu akan sangat terlambat. Kalau kau pergi ke Mars, dan kita menumbuhan sesuatu, kita akan bertanggungjawab memutuskan kapan itu membutuhkan air. Seperti di halaman belakang rumah, saya melihatnya dan bilang, 'Oh, mungkin saya harus menyiram tanaman hari ini'. Saya pikir seharusnya seperti itu penanganannya," kata dia.
Namun berita tentang kapang itu justru membuat Smith bersemangat.
Pekebun Otonom
Jadi Kelly kemudian menjadi pekebun otonom di stasiun antariksa.
"Kami menyerahkan perawatannya pada Scott. Dia sudah melihat seladanya, dia punya semua alat yang dibutuhkan, jadi kami cuma perlu memberi dia panduan singkat untuk memahami zinnia," kata Smith.
Bagi para kru yang menuju Mars, Smith mengatakan, para ilmuwan perlu tahu apa yang terjadi jika tanaman kekeringan, kebanjiran, ditumbuhi kapang dan masalah lainnya.
Juga apakah memangkas jaringan yang mati dan membersihkannya bermanfaat? Bagaimana pengaruh perubahan jadwal penyiraman pada pertumbuhan? Bagaimana anggota kru bisa mendapat kesempatan lebih banyak dalam proses penanaman?
"Semua itu informasi yang sangat kaya, kepala saya sampai seperti berputar-putar memikirkan apa yang harus jadi fokus," kata Smith.
"Ini sempurna. Ini membawa kita ke jalan menuju penanaman tumbuhan lain," katanya seperti dilansir laman resmi NASA.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
Tapi apa yang terlihat seperti kegagalan dalam sistem itu sebenarnya merupakan peluang luar biasa bagi para ilmuwan di Bumi untuk memahami lebih baik lagi bagaimana tanaman bisa tumbuh dalam gravitasi mikro, dan memungkinkan para astronot mendalami tugas dalam misi antariksa: berkebun secara otonom.
"Tanaman belum tumbuh sempurna," kata pemimpin tim ilmiah NASA untuk tumbuhan, Dr Gioia Massa, "Saya pikir kita dapat banyak dari ini, dan kita mempelajari lebih banyak lagi soal tumbuhan dan cairan dan juga tentang bagaimana beroperasi lebih baik di antara tanah dan stasiun. Terlepas dari hasil akhirnya kita akan mendapatkan sangat banyak."
Fasilitas penumbuhan tanaman dipasang di laboratorium yang mengorbit pada awal Mei 2014 dan panen pertamanya, selada merah romaine, diaktifkan untuk tetap tumbuh. Siklus pertumbuhan pertama mengalami beberapa masalah.
"Kami kehilangan dua tanaman karena tekanan kekeringan pada penanaman awal dan karenanya kami sangat hati-hati menjaga penanaman kedua," kata manajer proyek sayuran, Trent Smith.
Penanaman kedua jenis selada yang sama diaktifkan awal Juli oleh astronot NASA Scot Kelly, dan berkat pelajaran dari upaya penanaman pertama, penyesuaian pengairan dan pengambilan gambar dari tanaman dilakukan.
Dedaunan hijau tumbuh sesuai jadwal, dengan hanya satu bantal tanaman yang tak berproduksi. Kali ini, kru bisa mengkonsumsi selada saat sudah siap panen sebulan kemudian.
Tanaman selanjutnya adalah sekelompok bunga zinnia, tapi mereka tak dipilih karena keindahannya. Mereka dipilih karena karena bisa membantu para ilmuwan memahami bagaimana tanaman bisa tumbuh dan berbunga di gravitasi mikro.
"Tanaman zinnia sangat berbeda dari selada," kata Trent Smith, "Lebih sensitif pada parameter lingkungan hidup dan karakteristik cahaya. Durasi tumbuhnya yang lebih lama antara 60 dan 80 hari. Jadi tanaman yang lebih sulit tumbu, dan membuatnya berbunga, bersama dengan durasi pertumbuhan yang lama, membuatnya sebagai prekursor yang baik bagi tanaman tomat."
Hanya lebih dari dua minggu hingga periode pertumbuhannya, astronot NASA Kjell Lindgren mencatat bahwa air merembes keluar dari sumbu-sumbunya, lipatan-lipatan putih berisi benih dan ditempelkan di bantalan-bantalan. Air merendam tiga dari tanaman-tanaman itu.
Dalam 10 hari, para ilmuwan mencatat adanya gutasi pada daun beberapa tanaman. Gutasi terjadi ketika ada tekanan internal yang memaksa kelebihan air dikeluarkan melalui ujung-ujung daun. Itu terjadi saat tanaman mengalami kelembaban tinggi. Selain itu daun-daun zinnia mulai melengkung ke bawah dan mengeriting secara drastis.
Kondisi yang disebut epinasti itu bisa mengindikasikan banjir di bagian akar. Semua anomali itu mengarah pada penghalangan aliran udara dalam fasilitas pertumbuhan tanaman yang jika dipadukan dengan kelebihan air dapat menimbulkan masalah bagi tanaman.
"Setelah mengamati gutasi dan banyaknya jumlah kelebihan air, kami memutuskan untuk mengganti kecepatan kipas sayuran dari rendah ke tinggi," kata Smith.
"Kami mempunyai bukti yang menunjukkan turunnya volume aliran udara internal fasilitas tanaman, dan perlu mengubah kecepatan kipas angin dari rendah ke tinggi untuk mengeringkan."
Perbaikan itu harus ditunda karena ada perjalanan antariksa pertengahan Desember. Pada saat itu jaringan-jaringan beberapa tanaman sudah mulai mati. Smith mendapat telepon pada 22 Desember pagi. Kebun sayuran dalam masalah.
"Ketika kelembaban tinggi dan permukaan basah," ia mengatakan,"daun-daun mulai mati, dan menjadi real estate prima untuk tumbuhnya kapang."
Masalah jamur membangunkan Smith dan tim Sayur pukul 04.00 pagi. Dalam beberapa jam, prosedur baru dibuat dan dikomunikasikan ke astronot NASA Scott Kelly, yang merawat zinnia setelah Lindgren kembali ke Bumi pada 18 Desember.Kelly kemudian memangkas jaringan-jaringan tanaman yang berkapang, yang kemudian disimpan di lemari es laboratorium bersuhu minus 80 derajat supaya bisa dibawa kembali ke Bumi dan dipelajari.
Permukaan tumbuhan dan bantalannya disanitasi dengan lap pembersih, dan kecepatan kipas angin dipertahankan tetap tinggi dengan harapan bisa menjaga ruang sayuran tetap kering dan pertumbuhan jamur berkurang.
Pada Malam Natal, Kelly menghubungi tim di darat untuk melaporkan masalah baru pada tanaman itu, Tampaknya kecepatan kipas yang tinggi membuat tanaman terlalu kering dan membuat tanaman membutuhkan lebih baik air. Dia kemudian diberitahu bahwa jadwal menyiram selanjutnya baru 27 Desember.
"Saya pikir itu akan sangat terlambat. Kalau kau pergi ke Mars, dan kita menumbuhan sesuatu, kita akan bertanggungjawab memutuskan kapan itu membutuhkan air. Seperti di halaman belakang rumah, saya melihatnya dan bilang, 'Oh, mungkin saya harus menyiram tanaman hari ini'. Saya pikir seharusnya seperti itu penanganannya," kata dia.
Namun berita tentang kapang itu justru membuat Smith bersemangat.
"Kami sedang berencana mencari tahu bagaimana berkebun secara otonom dan permintaannya sempurna," katanya.
Pekebun Otonom
Jadi Kelly kemudian menjadi pekebun otonom di stasiun antariksa.
"Kami menyerahkan perawatannya pada Scott. Dia sudah melihat seladanya, dia punya semua alat yang dibutuhkan, jadi kami cuma perlu memberi dia panduan singkat untuk memahami zinnia," kata Smith.
Tim Sayuran kemudian membuat apa yang disebut "Panduan Perawatan Zinnia untuk Pekebun di Orbit", satu lembar sumber daya efisien untuk membantu Kelly menjadi pekebun otonom.
Masalah = Peluang
Dan ketika Kelly mengunggah gambar bunga yang rusak ke Twitter, kontras dengan tanaman yang terlihat hampir mati, masalah yang dibawa zinnia itu menawarkan banyak kesempatan belajar bagi para ilmuan di Bumi.
Bagi para kru yang menuju Mars, Smith mengatakan, para ilmuwan perlu tahu apa yang terjadi jika tanaman kekeringan, kebanjiran, ditumbuhi kapang dan masalah lainnya.
Juga apakah memangkas jaringan yang mati dan membersihkannya bermanfaat? Bagaimana pengaruh perubahan jadwal penyiraman pada pertumbuhan? Bagaimana anggota kru bisa mendapat kesempatan lebih banyak dalam proses penanaman?
"Semua itu informasi yang sangat kaya, kepala saya sampai seperti berputar-putar memikirkan apa yang harus jadi fokus," kata Smith.
"Ini sempurna. Ini membawa kita ke jalan menuju penanaman tumbuhan lain," katanya seperti dilansir laman resmi NASA.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016