Sungai Raya (Antara Kalbar) - Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Barat Nursyam Ibrahim mengharapkan para tenaga medis dapat mengenali gejala penderita "Zika" karena belum adanya laboratorium yang bisa mendeteksi virus tersebut.
"Sejauh ini, sepengetahuan saya di Indonesia baru ada dua laboratorium yang bisa mendeteksi virus ini, yaitu laboratorium Kemenkes dan satu lagi laboratorium milik Universitas Airlangga, dimana untuk mendeteksi virus Zika dilakukan dengan menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (RTPCR)," kata Nursyam di Sungai Raya, Selasa.
Dia menjelaskan, beberapa laboratorium riset mungkin juga ada yang sudah memiliki alat RTPCR. Namun tidak semua laboratorium riset memiliki tenaga ahli untuk menganalisa menggunakan alat tersebut karena teknik analisa tidak hanya didukung kelengkapan alat tetapi pengembangan dari analisa identifikasi virus.
Karena belum adanya alat pendukung untuk mendeteksi virus tersebut, dia mengatakan, saat ini yang bisa dilakukan oleh seorang dokter atau perawat untuk mengenali penyebab virus tersebut hanya dengan melihat kondisi dan ciri-ciri penyakit pasien.
"Makanya tenaga medis harus bisa jeli mendeteksi hal ini. Karena mendeteksinya bisa dilakukan dengan mengetahui suhu tubuh, dan ciri-ciri penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut," tuturnya.
Nursyam mengatakan, virus itu memang tidak menyebabkan kematian, namun bisa menyebabkan kepala menjadi kecil, terutama bagi janin.
"Terkait hal itu, Pan American Health Organization (PAHO) meminta setiap negara terus melakukan monitor, melaporkan, dan mengumpulkan berbagai bukti yang menunjukkan kasus virus Zika. PAHO merekomendasikan kepada seluruh anggotanya untuk meningkatkan fasilitas kesehatan di setiap rumah sakit dalam menangani pasien," katanya.
Dia mengungkapkan, berdasarkan pantauan PAHO, virus Zika sudah menyebar luas di wilayah Amerika Latin dan Karibia.
"Virus ini memang berasal dari luar, untuk itu kita harapkan petugas kesehatan yang ada di bandara dan pelabuhan bisa melakukan pemasangan thermoscan, untuk mengetahui kondisi tubuh penumpang, khususnya yang berasal dari luar negeri," kata Nursyam.
Masyarakat juga dapat melakukan pencegahan penyebaran virus itu dengan melakukan 3M dan pemberantasan sarang nyamuk, karena diketahui virus itu dapat disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty.
"Gejalanya pun kurang lebih seperti DBD, hanya saja dampaknya menyerang ke syaraf tubuh. Untuk itu kita imbau masyarakat harus bisa ikut berpartisipasi dalam pemberantasan sarang nyamuk, agar mencegah penyebaran virus ini," kata Nursyam.
(KR-RDO/T011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Sejauh ini, sepengetahuan saya di Indonesia baru ada dua laboratorium yang bisa mendeteksi virus ini, yaitu laboratorium Kemenkes dan satu lagi laboratorium milik Universitas Airlangga, dimana untuk mendeteksi virus Zika dilakukan dengan menggunakan Real Time Polymerase Chain Reaction (RTPCR)," kata Nursyam di Sungai Raya, Selasa.
Dia menjelaskan, beberapa laboratorium riset mungkin juga ada yang sudah memiliki alat RTPCR. Namun tidak semua laboratorium riset memiliki tenaga ahli untuk menganalisa menggunakan alat tersebut karena teknik analisa tidak hanya didukung kelengkapan alat tetapi pengembangan dari analisa identifikasi virus.
Karena belum adanya alat pendukung untuk mendeteksi virus tersebut, dia mengatakan, saat ini yang bisa dilakukan oleh seorang dokter atau perawat untuk mengenali penyebab virus tersebut hanya dengan melihat kondisi dan ciri-ciri penyakit pasien.
"Makanya tenaga medis harus bisa jeli mendeteksi hal ini. Karena mendeteksinya bisa dilakukan dengan mengetahui suhu tubuh, dan ciri-ciri penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut," tuturnya.
Nursyam mengatakan, virus itu memang tidak menyebabkan kematian, namun bisa menyebabkan kepala menjadi kecil, terutama bagi janin.
"Terkait hal itu, Pan American Health Organization (PAHO) meminta setiap negara terus melakukan monitor, melaporkan, dan mengumpulkan berbagai bukti yang menunjukkan kasus virus Zika. PAHO merekomendasikan kepada seluruh anggotanya untuk meningkatkan fasilitas kesehatan di setiap rumah sakit dalam menangani pasien," katanya.
Dia mengungkapkan, berdasarkan pantauan PAHO, virus Zika sudah menyebar luas di wilayah Amerika Latin dan Karibia.
"Virus ini memang berasal dari luar, untuk itu kita harapkan petugas kesehatan yang ada di bandara dan pelabuhan bisa melakukan pemasangan thermoscan, untuk mengetahui kondisi tubuh penumpang, khususnya yang berasal dari luar negeri," kata Nursyam.
Masyarakat juga dapat melakukan pencegahan penyebaran virus itu dengan melakukan 3M dan pemberantasan sarang nyamuk, karena diketahui virus itu dapat disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty.
"Gejalanya pun kurang lebih seperti DBD, hanya saja dampaknya menyerang ke syaraf tubuh. Untuk itu kita imbau masyarakat harus bisa ikut berpartisipasi dalam pemberantasan sarang nyamuk, agar mencegah penyebaran virus ini," kata Nursyam.
(KR-RDO/T011)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016