Ketapang (Antara Kalbar) - Pabrik alumina terbesar di Indonesia yang dibangun di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat akan mengutamakan penyerapan tenaga kerja lokal.
Pabrik yang dibangun PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHW) itu telah menyerap 1.486 tenaga kerja (setara 61 persen) dari total tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2.435 orang.
"Saat ini tenaga kerja asingnya sekitar 350 orang, nanti berangsur akan kami kurangi hingga maksimal 100 orang saja pada 2018," kata External Relation and CSR PT WHW Togap Manik di lokasi pabrik di Ketapang, Kalimantan Barat, Jumat.
Menurut dia, saat pembangunan seluruh proyek selesai pada 2018 setidaknya akan ada penyerapan 3.800-4.200 orang tenaga kerja Indonesia. Sebanyak 457 tenaga kerja (18,9 persen) direkrut dari luar Ketapang, Kalimantan Barat.
Ada pun sebanyak 492 orang merupakan tenaga kerja yang berasal dari luar Kalimantan Barat, atau setara 20,2 persen total tenaga kerja.
Perusahaan patungan dari Cayman Islands, Indonesia, Hong Kong dan China itu mengucurkan modal senilai Rp12,5 triliun sejak 2012 dan berencana melakukan pembangunan dalam dua tahap.
Realisasi konstruksi pabrik tahap pertama berkapasitas produksi satu juta ton alumina sudah mencapai sekitar 95 persen dan diharapkan dalam waktu dekat akan berproduksi komersil, sedangkan untuk tahap kedua berkapasitas sama diharapkan selesai pada tahun 2018.
Hingga 2015, perusahaan telah merealisasikan sebesar Rp7,9 triliun modal untuk membangun pabrik alumina, pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 160 MW, area pengolahan limbah kedap air, kompleks perkantoran dan asrama karyawan serta dermaga khusus untuk distribusi bahan baku.
Sebesar 90 persen hasil produksi akan diekspor dan sisanya dipasok ke PT Inalum.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Frangky Sibarani merespons positif jumlah penyerapan tenaga kerja lokal yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
"Ini membuktikan bahwa kehadiran perusahaan akan membawa dampak langsung yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat sekitarnya," ujarnya. Franky juga menilai pembangunan industri penghasil "smelter-grade" alumina ini akan dapat memberikan dampak berlipat bagi pertumbuhan ekonomi khususnya di Kabupaten Ketapang dan Provinsi Kalimantan Barat serta secara nasional.
"Apabila hitungan penyerapan tenaga kerja 2.435 itu menanggung 1 orang istri dan dua orang anak, artinya ada 10.000 orang yang secara langsung tergantung dengan keberlangsungan operasional perusahaan," jelasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
Pabrik yang dibangun PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHW) itu telah menyerap 1.486 tenaga kerja (setara 61 persen) dari total tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2.435 orang.
"Saat ini tenaga kerja asingnya sekitar 350 orang, nanti berangsur akan kami kurangi hingga maksimal 100 orang saja pada 2018," kata External Relation and CSR PT WHW Togap Manik di lokasi pabrik di Ketapang, Kalimantan Barat, Jumat.
Menurut dia, saat pembangunan seluruh proyek selesai pada 2018 setidaknya akan ada penyerapan 3.800-4.200 orang tenaga kerja Indonesia. Sebanyak 457 tenaga kerja (18,9 persen) direkrut dari luar Ketapang, Kalimantan Barat.
Ada pun sebanyak 492 orang merupakan tenaga kerja yang berasal dari luar Kalimantan Barat, atau setara 20,2 persen total tenaga kerja.
Perusahaan patungan dari Cayman Islands, Indonesia, Hong Kong dan China itu mengucurkan modal senilai Rp12,5 triliun sejak 2012 dan berencana melakukan pembangunan dalam dua tahap.
Realisasi konstruksi pabrik tahap pertama berkapasitas produksi satu juta ton alumina sudah mencapai sekitar 95 persen dan diharapkan dalam waktu dekat akan berproduksi komersil, sedangkan untuk tahap kedua berkapasitas sama diharapkan selesai pada tahun 2018.
Hingga 2015, perusahaan telah merealisasikan sebesar Rp7,9 triliun modal untuk membangun pabrik alumina, pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 160 MW, area pengolahan limbah kedap air, kompleks perkantoran dan asrama karyawan serta dermaga khusus untuk distribusi bahan baku.
Sebesar 90 persen hasil produksi akan diekspor dan sisanya dipasok ke PT Inalum.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Frangky Sibarani merespons positif jumlah penyerapan tenaga kerja lokal yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
"Ini membuktikan bahwa kehadiran perusahaan akan membawa dampak langsung yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat sekitarnya," ujarnya. Franky juga menilai pembangunan industri penghasil "smelter-grade" alumina ini akan dapat memberikan dampak berlipat bagi pertumbuhan ekonomi khususnya di Kabupaten Ketapang dan Provinsi Kalimantan Barat serta secara nasional.
"Apabila hitungan penyerapan tenaga kerja 2.435 itu menanggung 1 orang istri dan dua orang anak, artinya ada 10.000 orang yang secara langsung tergantung dengan keberlangsungan operasional perusahaan," jelasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016