Pontianak (Antara Kalbar) - Masyarakat Desa Teluk Pakedai Satu, Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya meminta pemerintah baik kabupaten dan Provinsi Kalimantan Barat memberikan bantuan untuk pembangunan pintu air, agar air laut tidak masuk ketika musim pasang besar.

    "Hasil perkebunan kelapa masyarakat Teluk Pakedai dan sekitarnya turun dratis hingga 95 persen dampak dari dibangunnya tanggul oleh Dinas PU Provinsi Kalbar tahun 2013 lalu, namun tidak diikuti dengan pembangunan pintu air," kata Kepala Desa Teluk Pakedai Satu, Edy saat dihubungi di Teluk Pakedai, Selasa.

    Ia menyesalkan program pembangunan tanggul yang tidak tuntas, karena tidak dibarengi dengan fasilitas pintu air tersebut.

    "Seharusnya pembangunan saluran primer, skunder, tersier dan tanggul juga dilengkapi dengan pintu air sehingga ketika air pasang besar, air laut tidak sampai masuk di lahan perkebunan kelapa dan lahan pertanian padi masyarakat, seperti saat ini," ungkap Edy.

Sehingga dampaknya sekarang, hampir setiap tahun petani kelapa dan padi selalu gagal panen karena terintrusi air laut saat air pasang, katanya.

    Edy menambahkan, dari sekitar 21 unit pintu air yang harusnya dibangun sejalan dengan pembangunan tanggul, hanya empat yang dibangun, sehingga pembangunan tanggul bukannya berdampak meningkatkan hasil panen, melainkan semakin memperpaparah keadaan petani.
 
    "Kami sudah berupaya akan membangun pintu air tersebut dari gotong royong dan dari ADD, tetapi biaya yang dibutuhkan cukup besar, yakni ratusan juta/pintu air sehingga tidak akan mampu," ujarnya.

    Desa Teluk Pakedai, dihuni oleh sekitar 326 kepala keluarga, 1.180 jiwa dengan luas sawah pasang surut sekitar 200 hektare, perkebunan sekitar 1.395 hektare, luas kehutanan sekitar 2.000 hektare, dan luas pemukiman sekitar 50 hektare atau total seluas 7.000 hektare.

    Menurut Edy, Desa Teluk Pakedai Satu termasuk katagori desa tertinggal yang terletak di daerah pesisir pantai dan minim pembangunan infrastruktur jalan dan lainnya.

  "Saat ini akses jalan utama desa yang ada hanya jalan semen dengan lebar 1,5 meter yang sebagian besar rusak, sehingga masyarakat sulit untuk memasarkan hasil pertanian mereka," kata Edy.

Pewarta: Andilala

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016