Sintang (Antara Kalbar) - Wakil Bupati Sintang Askiman mengungkapkan rencana pembentukan kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Sepauk.
   
Hal ini ia sampaikan saat membuka Gawai Dayak Desa Sengkubang Kecamatan Sepauk akhir pekan lalu. Menurut dia, dua kecamatan baru tersebut yakni Kecamatan Sepauk Tengah dan Sepauk Hulu.
  
"Untuk Kecamatan Sepauk Tengah menurut saya Desa Sekubang layak menjadi ibu kota kecamatan. Kami akan bekerja keras supaya pemekaran kecamatan bisa segera terwujud dalam rangka memperpendek rentang kendali pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat," kata Askiman.
   
Sementara untuk kegiatan gawai sendiri, ia menegaskan menjadi sarana dalam bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Di masa lalu, lanjut dia, gawai masih dalam bentuk pemujaan yang harus ditinggalkan dan diselaraskan dengan ajaran agama yang diakui negara. Gawai tetap digelar untuk melestarikan seni dan budaya dengan nilai yang masih utuh.
  
 "Saya melihat ada kerinduan masyarakat akan betang dan alat musik seni budaya yang baru karena ada banyak gong yang sudah mulai rusak karena merupakan warisan jaman dahulu," tambah Askiman.
  
Di acara tersebut, Askiman juga menanggapi peringatan pesta emas atau 50 tahun hidup membiara Sr. Maddalena Ferrero, Sdc yang sudah mengabdi 35 tahun di Temanang. Kondisi 35 tahun yang lalu di Temanang tentu masih sulit, namun Suster Maddalena tetap memilih mengabdi di Temanang. Saat ini Temanang sudah maju.
   
Namun ia cukup prihatin karena untuk menuju ke Temanang, Desa Sekubang, Kecamatan Sepauk, rombongan harus melewati jalan Simpang Kayu Lapis Kabupaten Sekadau. "Komitmen kami adalah akan membangun infrastruktur secara perlahan-lahan," ujar Askiman.
   
Sementara itu Vikaris Jenderal Keuskupan Sintang Romo Leonardus Miau, Pr menjelaskan bahwa  gereja Katolik memutuskan untuk mengakomodir kegiatan kebudayaan agar bisa menyatu dengan kegiatan keagamaan. "Hanya kami terus mengingatkan agar masyarakat melaksanakan gawai yang sejalan dengan nillai keagamaan. Bagi kami, gawai bermakna untuk memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan serta cara bersyukur karena sudah dibimbing oleh Tuhan setahun lalu.

 Kami juga sudah melakukan pemberkatan benih dan peralatan berladang untuk bersiap memulai kembali kegiatan pertanian dan memohon kepada Tuhan supaya proses berladang musim depan bisa berjalan lancar dan membuahkan hasil yang melimpah," ujar Leonardus Miau, Pr Romo Aloisius Wahyu Nugroho, Pr dari Paroki  Santo Petrus dan Andreas Sepauk menyampaikan kita perlu berysukur atas rezeki yang Tuhan berikan supaya Tuhan akan kembali melimpahkan berkatnya.   
 
"Kita layak bersyukur dan merenungi atas penyertaan Tuhan selama 50 tahun Suster Maddalena berkarya bagi masyarakat," ujar Romo Aloisius Wahyu Nugroho, Pr.
  
Ketua panitia PH Suleman menyampaikan gawai ini untuk membangun kebersamaan seluruh anggota masyarakat untuk membangun desa serta menggandeng lembaga keagamaan untuk mendukung dan mendampingi proses pembangunan.
   
Kepala Desa Sekubang Leo Pelima menyampaikan gawai dayak di Temanang ini merupakan yang pertama kalinya sehingga harus mampu dipertahankan di masa yang akan datang. "Saya melihat semangat dan kebersamaan seluruh warga sangat tinggi, hendaknya dipertahankan. Mudah-mudahan ke depannya kita bisa membangun betang untuk menjaga seni budaya Dayak," kata  Leo Pelima.
   
"Suster Maddalena Ferrero sudah berjasa kepada masyarakat Temanang, sehingga kami merasa perlu merayakan karya suster yang sudah 50 tahun berkarya mendampingi masyarakat," katanya.

Pewarta: Faiz

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016