Jakarta (Antara Kalbar) - Khotib Shalat Idul Fitri 1437 H, di Masjid Agung At Tin, Jakarta, Bambang Irawan mengajak umat Islam untuk menampilkan ajaran kasih sayang antarsesama dan menghindari kekerasan dan terorisme.

Bambang yang juga merupakan dosen dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara menekankan akan pentingnya ajaran Islam sebagai pembawa rahmat karena hal tersebut merupakan identitas universal umat Islam.

Hadir pada shalat Idul Fitri tersebut keluarga besar HM Soeharto, Ketua Pelaksana Harian Masjid At Tin, Maftuh Basyuni dan sejumlah pejabat.

Islam adalah salam, assalamu'alakum warahmatullahi wabara-katuhu. Identitas dan do'a salam menghendaki setiap Muslim untuk cinta dan berperilaku damai, antikekerasan, antikorupsi, terorisme, dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM).

Bahkan, katanya, salah satu ciri penting yang membedakan apakah seseorang itu Muslim atau bukan adalah seberapa jauh ia mampu memelihara lisan dan perbutan atau kekuasaannya untuk tidak menzalimi orang lain. Dia sebaliknya harus mampu menjaga keselamatan dan kedamaian. Nabi Saw. bersabda; "Orang Islam adalah orang yang lisan dan tangannya (perbuatan dan kekuasaannya) dapat membuat Muslim lainnya selamat" (HR. Muslim).

Seiring dengan ajaran salam itu, pada Idul Fitri ini, umat Islam juga diperintahkan untuk melakukan silaturrahmi (menyambung dan mempererat tali persaudaraan) sambil saling bermaaf-maafan. Sungguh luar biasa indah ajaran Islam ini, ujarnya.

Di saat menyadari dan kembali ke asal kejadian yang fitri, umat Islam diingatkan pentingnya berkomunikasi sosial dan bermitra-horizontal dengan sesama. Shilaturrahmi memang merupakan manifestasi dan langkah awal menuju tegaknya keadilan sosial dimaksud.

Dalam silaturrahmi, tidak hanya berusaha merajut kembali tali kekerabatan dan kekeluargaan, melainkan juga dituntut mampu melakukan shilatul al-qalb (kontak hati): merasa senasib sepenanggungan, merasa sebagai satu keluarga, yaitu keluarga besar Indonesia, satu sama lain adalah bersaudara, bersahabat, dan bermitra.

Setelah itu, mewujudkan shilatul al-fikr (kontak pemikiran): menyatukan visi, memikirkan secara bersama-sama agenda ke depan, merancang hari esok yang lebih baik secara bersama dan saling mengisi satu sama lain.

Seterusnya, juga perlu mengembangkan shilatul amal (karya bersama, kerja kolektif, gerakan sosial), bukan kerja sendiri-sendiri: merancang masa depan bersama secara lebih baik dan lebih maju.

Dengan shilatul amal, menurut Bambang, umat Islam dapat berkomitmen untuk memerangi dan mengikis budaya korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme, terorisme, dan neokolonialisme yang berkedok "demokratisasi dan pemberantasan terorisme internasional".

Dengan demikian, ke depan akan dirasakan kedamaian, ketenteraman, kebersamaan dan surga Indonesia yang adil, makmur, sejahtera dan bahagia lahir dan batin, duniawi dan ukhrawi.

Pewarta:

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016