Jakarta (Antara Kalbar) - Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Ita Rulina mengatakan kebijakan pelonggaran Loan to Value (LtV) 2015 mampu menahan penurunan lebih dalam KPR, namun belum cukup kuat untuk meningkatkan pertumbuhan.
"Jadi masih perlu diwaspadai perlambatan pertumbuhan KPR yang diikuti oleh penjualan korporasi publik sektor properti," ujarnya saat menjadi narasumber temu wartawan daerah Bank Indonesia di Jakarta, Selasa.
Sementara untuk penjualan properti residensial triwulan II- 2016 sendiri cenderung turun melambat dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama.
"Untuk risiko kredit properti cenderung meningkat dengan NPL per Juli 2016 tertinggi di kredit kontruksi 4, 70 persen diikuti KPR 3,18 persen dan kredit jasa real estate 2,12 persen,"tuturnya.
Ia menambahkan berdasarkan jenis KPR, NPL rukan tertinggi mencapai 3,98 persen di bulan Juli diikuti NPL rumah tapak yang cenderung lebih tinggi dari NPL apartemen.
"NPL rumah tapak berkisar 2,73 persen- 2,97 persen. NPL rusun sekitar 3,16 persen," katanya.
Ke depan dikatakannya untuk penyempurnaan LTV perlu dilakukan secara proporsional dan terukur dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan perlindungan konsumen.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016