Pontianak - (Antara Kalbar) - Pengamat ekonomi dari Universitas Tanjungpura (Untan) Muhammad Fahmi mendorong implementasi kebijakan energi baru dan terbarukan (EBT) lebih fokus ke daerah terpencil seperti daerah yang tidak bisa dicapai oleh jaringan PLN.
"Setiap masyarakat memiliki hak untuk terlayani listrik. Namun kendala untuk pemenuhan terkadang terkendala pada pembangunan infrastruktur yang besar terutama daerah yang terpencil dan jumlah penduduknya minim. Oleh karena itu adanya EBT ini satu di antara solusinya," ujarnya di Pontianak, Sabtu.
Fahmi mencontohkan untuk daerah kepulauan terpencil dan daerah perbatasan atau desa jauh dari jangkauan kabupaten yang masih belum teraliri listrik di Kalbar masih banyak.
Oleh karena itu implementasi kebijakan EBT sangat tepat menyasar ke daerah tersebut apalagi potensi untuk sumber EBT di Kalbar banyak.
"Kita memiliki cahaya matahari yang tinggi karena berada di garis equator itu sangat tepat dikembangkan untuk daerah terpencil. Belum lagi sumber EBT lainnya seperti air, biomas dan lainnya," kata dia.
Terkait kebijakan EBT secara umum menurutnya harus memiliki konsep petujuk pelaksana dan teknis harus jelas agar implementasi bisa dijalankan dengan baik oleh pihak - pihak yang menjalankannya.
"Untuk penerapanya juga bisa mulai dari penerangan fasilitas umum seperti penerangan jalan raya dengan solar sell. Seperti di Thailand hampir semua penerangan jalanya menggunakan solar sell," kata dia.
Dikatakannya untuk potret penerapan EBT di Kalbar dan di Indonesia pada umumnya sudah mulai bergeliat. Ia berharap untuk keberlangsungan energi untuk ke depan EBT sangat perlu dilakukan baik penelitian dan penerapannya dengan maksimal.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016