Pontianak (Antara Kalbar) - Sejumlah petani karet di Kabupaten Sambas kini bersemangat menyadap karet, lantaran harga di tingkat petani menunjukan tren naik di mana semula hanya sekitar Rp5.000 per kilogram dan sekarang sudah tembus Rp11.000 per kilogram.
"Sekarang harga karet sudah baik dan itu tentu membuat semangat untuk menyadap. Dengan harga karet naik tentu juga membantu perekonomian keluarga dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari," ujar satu di antara warga Dusun Batu Layar, Desa Sendoyan, Sambas, Dartinjo saat dihubungi di Sambas, Sabtu.
Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Kalbar, Jusdar Sutan menjelaskan naiknya harga karet lantaran ekspor karet di pasar dunia dari negara pemasok dikurangi. Dengan berkurangnya pasokan, mendongkrak harga karet.
"Tiga negara yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council yang mengurangi ekspor yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia," kata dia.
Menurut Jusdar saat ini harga karet di pasar dunia mencapai 1,77 Dolar AS per kilogram. Sementara sebelum dilakukan pengurangan ekspor melalui Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) hanya 1 Dolar AS.
"Kita melihat ke depan tren harga naik. Namun semua tergantung perekonomian global juga semoga lebih baik dan pulih," kata dia.
Untuk kondisi perkebunan karet di Kalbar ia meminta pemerintah untuk memperhatikan soal peremajaan karet lantaran saat ini karet petani sudah tua. Dengan adanya peremajaan maka produktivitas akan meningkat dan berkorelasi positif terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani.
"Petani juga sudah mulai meremajaan petaninya. Produksi kita dibandingkan negara Thailand ketinggalan 3 kali lipat. Ini harus menjadi perhatian oleh semua pihak. Kita bersyukur Menteri Pertanian sudah berencana meremajakan sejuta hektar karet di Indonesia dan itu kita apresiasi," kata dia.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016