Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalimantan Barat, Dwi Suslamanto mengatakan dari sisi regional, wilayah Kalimantan, Kalbar tercatat memiliki pertumbuhan kredit tertinggi.
"Meskipun pertumbuhan kredit tertinggi di Kalbar namun masih rendah kinerjanya dibandingkan dari tahun kemarin. Saat ini pertumbuhannya yakni 21,43 persen dengan rasio NPL sebesar 4,63 persen. NPL tersebut terutama didorong oleh sektor industri pengolahan," ujarnya di Pontianak, Kamis.
Dijelaskan Dwi, pengaruh pelonggaran kebijakan moneter ke perbankan juga belum tertransmisi secara merata. Pengaruh penurunan suku bunga ke suku bunga kredit tercatat lebih kecil dibandingkan dengan penurunan suku bunga deposito.
"Secara nasional, penurunan suku bunga kredit dari awal tahun sampai dengan September 2016 baru mencapai 60 basis poin, lebih rendah dari penurunan suku bunga deposito yang sudah mencapai 108 basis poin," terangnya.
Menurut Dwi, kondisi nasional serupa juga terjadi di Kalbar, suku bunga deposito telah turun 105 basis poin dan sedangkan suku bunga kredit baru turun 50 basis poin.
"Faktor kondisi sektor swasta yang masih melakukan konsolidasi dan industri perbankan yang masih menahan penurunan suku bunga kredit. Sehingga pada gilirannya berdampak pada pertumbuhan kredit yang tidak sekuat yang diperkirakan," kata dia.
Dwi memaparkan faktor ekonomi global juga telah membuat komoditas Kalbar menurun harganya. Hal tersebut berdampak pada perekonomian dan daya beli secara umum.
"Pemerintah dan para pelaku usaha perlu fokus dalam membangun industri domestik. Kemudian dari sektor domestik, kita perlu terus membangun industri domestik yang kuat sehingga saat ekonomi global bangkit kita tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri," kata dia.
(KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Meskipun pertumbuhan kredit tertinggi di Kalbar namun masih rendah kinerjanya dibandingkan dari tahun kemarin. Saat ini pertumbuhannya yakni 21,43 persen dengan rasio NPL sebesar 4,63 persen. NPL tersebut terutama didorong oleh sektor industri pengolahan," ujarnya di Pontianak, Kamis.
Dijelaskan Dwi, pengaruh pelonggaran kebijakan moneter ke perbankan juga belum tertransmisi secara merata. Pengaruh penurunan suku bunga ke suku bunga kredit tercatat lebih kecil dibandingkan dengan penurunan suku bunga deposito.
"Secara nasional, penurunan suku bunga kredit dari awal tahun sampai dengan September 2016 baru mencapai 60 basis poin, lebih rendah dari penurunan suku bunga deposito yang sudah mencapai 108 basis poin," terangnya.
Menurut Dwi, kondisi nasional serupa juga terjadi di Kalbar, suku bunga deposito telah turun 105 basis poin dan sedangkan suku bunga kredit baru turun 50 basis poin.
"Faktor kondisi sektor swasta yang masih melakukan konsolidasi dan industri perbankan yang masih menahan penurunan suku bunga kredit. Sehingga pada gilirannya berdampak pada pertumbuhan kredit yang tidak sekuat yang diperkirakan," kata dia.
Dwi memaparkan faktor ekonomi global juga telah membuat komoditas Kalbar menurun harganya. Hal tersebut berdampak pada perekonomian dan daya beli secara umum.
"Pemerintah dan para pelaku usaha perlu fokus dalam membangun industri domestik. Kemudian dari sektor domestik, kita perlu terus membangun industri domestik yang kuat sehingga saat ekonomi global bangkit kita tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri," kata dia.
(KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016