Kuta, Bali (Antara Kalbar) - Warga keturunan Tionghoa di Vihara
Dharmayana Kuta, Bali, menggelar ritual tolak bala yang diharapkan
memberikan pengaruh positif menyambut Tahun Baru Imlek 2568.
"Ini merupakan tradisi tolak bala agar saat merayakan Imlek tidak ada halangan dan berjalan penuh suka cita," kata Penanggung Jawab Vihara Dharmayana Kuta Adi Dharmaja Kusuma di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Sebelum memulai ritual, warga Tionghoa melakukan pemujaan terlebih dulu dan memberikan persembahan kepada "Bhuta Kala" agar tidak mengganggu saat mereka merayakan Imlek.
Ritual tolak bala dilakukan dengan mengarak lima barongsai dan dua naga yang dibawakan oleh para remaja dari "Banjar" (dusun) Dharma Semadi.
Barongsai dan naga, kata dia, diyakini merupakan kendaraan para dewa dan dewi untuk memberikan keselamatan kepada umat manusia.
Iringan barongsai dan naga tersebut mengelilingi kawasan vihara mulai dari Jalan Blambangan kemudian Jalan Kalianget hingga Jalan Raya Kuta dan kembali ke vihara.
Arak-arakan barongsai dan naga itu menjadi atraksi yang menarik perhatian masyarakat dan wisatawan mancanegara yang saat itu tengah berada di sekitar Kuta.
Sebagian di antara mereka juga mengabadikan momen tersebut dan turut meramaikan suasana Tahun Baru Imlek.
Usai iringan tolak bala tersebut, pihak vihara akan membuka untuk umum khususnya bagi warga keturunan Tionghoa untuk melakukan ibadah menyambut Tahun Baru.
Pemujaan akan dilakukan hingga 11 Februari 2017 atau Cap Go Meh sebagai penutup Imlek.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Ini merupakan tradisi tolak bala agar saat merayakan Imlek tidak ada halangan dan berjalan penuh suka cita," kata Penanggung Jawab Vihara Dharmayana Kuta Adi Dharmaja Kusuma di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Sebelum memulai ritual, warga Tionghoa melakukan pemujaan terlebih dulu dan memberikan persembahan kepada "Bhuta Kala" agar tidak mengganggu saat mereka merayakan Imlek.
Ritual tolak bala dilakukan dengan mengarak lima barongsai dan dua naga yang dibawakan oleh para remaja dari "Banjar" (dusun) Dharma Semadi.
Barongsai dan naga, kata dia, diyakini merupakan kendaraan para dewa dan dewi untuk memberikan keselamatan kepada umat manusia.
Iringan barongsai dan naga tersebut mengelilingi kawasan vihara mulai dari Jalan Blambangan kemudian Jalan Kalianget hingga Jalan Raya Kuta dan kembali ke vihara.
Arak-arakan barongsai dan naga itu menjadi atraksi yang menarik perhatian masyarakat dan wisatawan mancanegara yang saat itu tengah berada di sekitar Kuta.
Sebagian di antara mereka juga mengabadikan momen tersebut dan turut meramaikan suasana Tahun Baru Imlek.
Usai iringan tolak bala tersebut, pihak vihara akan membuka untuk umum khususnya bagi warga keturunan Tionghoa untuk melakukan ibadah menyambut Tahun Baru.
Pemujaan akan dilakukan hingga 11 Februari 2017 atau Cap Go Meh sebagai penutup Imlek.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017