Putussibau (Antara Kalbar) - Pusat Koperasi Madu Hutan Kapuas Hulu yang dinaungi Aliansi Organis Indonesia (AOI) dan dibantu Tropical Forest Conservation Act (TFCA) Kalimantan, membantu pengolahan puluhan ton hasil madu hutan dari petani madu di daerah tersebut.
"Koperasi kita merupakan koperasi sekunder. Ada empat koperasi primer yang tergabung. Fokus kita adalah dalam pengolahan madu curah dari petani menjadi kemasan termasuk pengurangan kadar air serta sekaligus penjualan," ujar Sekretaris Pusat Koperasi Madu Hutan Kapuas Hulu, Mahyuni di Putussibau, Kapuas Hulu, Selasa.
Mahyuni menjelaskan adapun koperasi primer tersebut meliputi Koperasi Asosiasi Priau Dana Sentarum (APDS) di Dusun Semagit Desa Laboyan, Koperasi Muara Belitung di Desa Sekulat Koperasi Mitra Penepian Desa Penepian dan Koperasi Bunut Singka Desa Kecamatan Bunut.
"Koperasi primer penyuplai terbanyak itu dari Koperasi APDS. Hal itu karena jumlah kelompoknya atau dikenal priau itu terdapat 15 priau. Satu priau ratusan orang," kata dia.
Mahyuni menambahkan jika dilihat dari total petani madu dari hutan yang masuk dalam Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum dan ada sebagian di pesisir sungai Kapuas tersebut sekitar 800 petani.
Terkait produksi madu di daerah tersebut dikatakannya dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.
Ia mencontohkan di tahun lalu dari petani yang tergabung di koperasi hanya menghasilkan madu sekitar 24 ton. Sedangkan tahun sebelumnya seperti pada 2012, produksi tertinggi itu pernah mencapai 108 ton dalam setahun.
"Rendahnya hasil madu hutan secara lestari tersebut karena faktor lingkungan seperti asap beberapa tahun lalu. Yang jelas pengaruh ini karena alam juga," kata dia.
Ia menjelaskan jenis lebah penghasil madu, tersebut yakni Apis Dorsata atau lebah penghisap bunga. Bunga paling disukai lebah di daerah tersebut ada belasan jenis.
Sementara terhadap pengembangan bisnis koperasi, saat ini pihaknya terkendala modal usaha. Hal itu dibuktikan hingga saat ini hanya mampu mengelola madu petani sebanyak 25 persen dari yang dihasilkan.
"Padahal dari sisi permintaan sangat tinggi. Petani yang ada menjual di luar kita atau kepada pembeli-pembeli yang berkeliaran di lokasi. Saat ini pasar madu kita sampai Pontianak, Jakarta dan daerah lainnya," kata dia.
(KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Koperasi kita merupakan koperasi sekunder. Ada empat koperasi primer yang tergabung. Fokus kita adalah dalam pengolahan madu curah dari petani menjadi kemasan termasuk pengurangan kadar air serta sekaligus penjualan," ujar Sekretaris Pusat Koperasi Madu Hutan Kapuas Hulu, Mahyuni di Putussibau, Kapuas Hulu, Selasa.
Mahyuni menjelaskan adapun koperasi primer tersebut meliputi Koperasi Asosiasi Priau Dana Sentarum (APDS) di Dusun Semagit Desa Laboyan, Koperasi Muara Belitung di Desa Sekulat Koperasi Mitra Penepian Desa Penepian dan Koperasi Bunut Singka Desa Kecamatan Bunut.
"Koperasi primer penyuplai terbanyak itu dari Koperasi APDS. Hal itu karena jumlah kelompoknya atau dikenal priau itu terdapat 15 priau. Satu priau ratusan orang," kata dia.
Mahyuni menambahkan jika dilihat dari total petani madu dari hutan yang masuk dalam Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum dan ada sebagian di pesisir sungai Kapuas tersebut sekitar 800 petani.
Terkait produksi madu di daerah tersebut dikatakannya dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.
Ia mencontohkan di tahun lalu dari petani yang tergabung di koperasi hanya menghasilkan madu sekitar 24 ton. Sedangkan tahun sebelumnya seperti pada 2012, produksi tertinggi itu pernah mencapai 108 ton dalam setahun.
"Rendahnya hasil madu hutan secara lestari tersebut karena faktor lingkungan seperti asap beberapa tahun lalu. Yang jelas pengaruh ini karena alam juga," kata dia.
Ia menjelaskan jenis lebah penghasil madu, tersebut yakni Apis Dorsata atau lebah penghisap bunga. Bunga paling disukai lebah di daerah tersebut ada belasan jenis.
Sementara terhadap pengembangan bisnis koperasi, saat ini pihaknya terkendala modal usaha. Hal itu dibuktikan hingga saat ini hanya mampu mengelola madu petani sebanyak 25 persen dari yang dihasilkan.
"Padahal dari sisi permintaan sangat tinggi. Petani yang ada menjual di luar kita atau kepada pembeli-pembeli yang berkeliaran di lokasi. Saat ini pasar madu kita sampai Pontianak, Jakarta dan daerah lainnya," kata dia.
(KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017