Pontianak (Antara Kalbar) - Ketua Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Kalbar Daniel Edward Tangkau mengatakan bisnis sektor ritel di Kalimantan Barat belum cukup membaik karena pengaruh daya beli masyarakat yang belum pulih.

"Daya beli masyarakat saat ini masih belum cukup baik. Karena harga jual barang masih tinggi sedangkan penghasilan masyarakat tidak terlalu meningkat," ujarnya di Pontianak, Rabu.

Daniel menambahkan, penurunan daya beli juga diperkirakan karena tekanan inflasi meskipun ia tidak berani memastikan hal tersebut seratus persen.

"Daya beli dikaitkan kemampuan mendapatkan uang dan pengeluaran mereka. Kalau pendapatan mereka minimum maka akan berdampak besar pada rendahnya daya beli. Tapi, yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah membenahi penurunan harga barang bukan hanya selalu menaikkan pendapatan," kata dia.

Daniel memaparkan bahwa terkait produk luar negeri yang dijual di tempat usaha-usaha ritel Pontianak, terlebih menjelang hari raya lalu, sejumlah produk luar negeri seperti makanan masuk ke Pontianak.

"Sebetulnya produk luar negeri itu sah-sah saja dijual di toko-toko ritel. Sejauh itu legal ada ML-nya dan terdaftar di Balai POM," kata dia.

Apalagi tambahnya, saat ini sudah masuk pasar MEA sehingga produk dari berbagai negara bisa masuk ke Indonesia. Bahkan perdagangan online dari negara luar yang juga sudah banyak dilakukan sejauh itu resmi.

"Hanya saja perlu memperhatikan produk lokal. Seperti sekarang produk lokal diberi tempat khusus di supermarket atau toko-toko ritel dan kita terus berupaya meningkatkan produk lokal dengan cara penjual harus menjual sebanyak 80 persen produk lokal. Sisanya baru produk dari luar negeri," jelasnya.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017