Pontianak (Antara Kalbar) - Sekretaris Daerah Kalimantan Barat M Zeet Hamdy Assovie mengatakan, Kalbar memiliki peluang besar untuk mengekspor hasil bumi ke Brunei Darussalam.

"Beberapa komoditas unggulan mendapat kesempatan besar untuk diekspor ke Brunei Darussalam, di antaranya kopi, sawit, karet, kakao, coklat hingga lada. Peluang ekspor itu juga merambah ke komoditas hortikultura," kata M Zeet, saat menerima kunjungan perwakilan KBRI untuk Brunei Darussalam di Pontianak, Rabu.

Dia berharap, melalui pertemuan "private to private" maupun "public to public" dengan Negara Brunei Darussalam bisa menjadi peluang untuk membahas potensi komoditas ekspor impor di dua negara.

"Pertemuan itu bisa di Kalimantan Barat bisa juga di Brunei. Artinya ada poin yang lebih fokus yang dibahas. Nanti pertemuan ini bisa difasilitasi pemerintah provinsi dan KBRI," tuturnya.

M Zeet mengatakan pertemuan itu menjadi peluang ekonomi yang tidak bisa dilepaskan begitu saja, terutama untuk Kalimantan Barat.

Seperti yang diketahui Kalbar baru saja ekspor beras sebanyak 25 ton ke Malaysia.

"Untuk pertanian rencananya awal Januari, sesuai perintah Menteri Pertanian, dan harapan kami dalam rapat pembahasan PBLN Entikong tidak hanya diskusi saja, tapi langsung ketuk palu. Keluarkan syarat untuk perizinan ekspor impor agar ada kegiatan ekonomi yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat," katanya.

Selain pertanian, lanjut M Zeet, kedua negara juga bisa menjalin kerjasama di sektor pariwisata. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat memberikan peluang besar bagi warga negara Brunei Darussalam untuk berkunjung ke provinsi ini.

"Kalbar adalah pintu gerbang Indonesia, dimana melalui Kalbar, wisatawan mancanegara bisa pergi ke kota lain. Apakah itu ke Jakarta, Bali atau provinsi lainnya," kata M Zeet.

Dia menambahkan dengan terbukanya kerjasama itu maka langkah selanjutnya yang harus disiapkan yakni dengan akses untuk pendistribusian produk.

"Jika mengangkut menggunakan udara, akan menelan biaya yang besar, sementara Laut Kalbar saat ini belum dijadikan sebagai pelabuhan Internasional. Yang memungkinkan melalui, tapi PLBN, namun sayangnya, PLBN kita belum diizinkan untuk ekspor impor," katanya,

Di tempat yang sama, Wakil Kepala Perwakilan KBRI di Brunei Darussalam, Arko Hananto Budiadi mengatakan selama ini kebutuhan di Brunei Darussalam memang diimpor dari Indonesia. Hanya saja melalui jarak tempuh yang jauh.

Produk tersebut didatangkan dari negara Singapura dan Malaysia.

"Padahal jaraknya sangat dekat, kenapa tidak langsung impor dari Kalbar saja, apalagi didukung dengan akses jalan yang sudah bagus," tuturnya.

Karena itu ia berharap PLBN di Kalimantan Barat tidak hanya menjadi lalu lintas orang tapi juga barang. Tentunya aktivitas ini menguntungkan kedua negara.

"Ini harus terus diupayakan, belum lagi berbicara investasi Brunei di Indonesia dan sebaliknya," kata Arko.

 (KR-RDO/N005)  

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017