Pontianak  (Antaranews Kalbar) - Sebanyak 40 persen SMA/MA di Kayong Utara melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di sekolah lainnya yang memiliki fasilitas standar pelaksanaan ujian non tulis tersebut.

Namun pelaksanaan ujian tersebut ternyata mengeluarkan biaya yang tidak sedikit sehingga sejumlah siswa/i yang sekolahnya tidak mengadakan UNBK mandiri terpaksa mengeluarkan biaya tambahan hingga jutaan rupiah.

Hal ini diakui oleh salah satu siswa SMAN 4 Simpang Hilir Obi Ronaldi di Sukadana, Rabu dimana ia serta kawan satu sekolahnya harus menumpang di SMAN 1 Sukadana yang jaraknya lebih dari 20 kilometer.

Waktu tempuhnya mencapai dua jam perjalanan sehingga mereka harus merogoh kocek lebih dalam guna kebutuhan selama UNBK.

"Terutama untuk bahan bakar sepeda motor dari tempat saya itu paling sedikit 5 liter dari Matan Jaya ke Sukadana, dan kami memiliki ongkos ada yang satu juta rupiah lebih, ada yang delapan ratus ribu rupiah, ada juga yang tujuh ratus ribu rupiah," kata Obi Ronaldi.

Menurutnya, untuk menghemat biaya mereka harus menyewa rumah dan membayar secara patungan bersama kawan -kawanya yang berjumlah 28 orang terdiri 17 orang perempuan dan 11 orang laki-laki.

Dimana untuk makan sehari-hari mereka juga urunan selama mengikuti UNBK di SMAN 1 Sukadana.

"Rumah, kami iuran 20 ribu satu orang sampai kami selesai UNBK nanti, sedangkan untuk makan kami sendiri, peralatan masak kami minjam dari guru di Sukadana ini," jelasnya.

Diceritakannya, selama simulasi dan gladi resik UNBK mereka harus pulang pergi ke Sukadana dengan menggunakan biaya masing-masing tanpa adanya bantuan dari Pemda setempat.

"Saya berharap tahun depan sekolah kami semakin maju dan memiliki fasilitas sendiri agar tidak menumpang di sekolah lain," harapnya.

Dijelaskan Kepala Sekolah SMAN 4 Simpang Hilir Kasmin, banyak kendala yang mereka hadapi selama mengikuti ujian non tulis tersebut. Terutama masalah jarak ke lokasi ujian yang cukup jauh sehingga menyulitkan para siswa untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian.

"Saya lihat siswa/i itu juga grogi saat mengisi di hari pertama menggunakan komputer, apalagi ditambah di sekolah yang asing menurut mereka sehingga menambah ketidakyakinan mereka," ujar dia.

Daerah mereka yang terletak di ujung Kecamatan Simpang Hilir ini menurutnya pun belum dialiri jaringan listrik. Ditambah lagi fasilitas pendukung seperti laboratorium komputer, jaringan internet yang belum memadai menjadi persoalan utama sehingga mereka belum bisa melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer tersebut.

"Untuk pelaksanaan UNBK, ini pertama kali kami hadapi. Sedangkan akomodasi sendiri ditanggung oleh orangtua mereka masing-masing," jelasnya.

Ia berharap agar ada perhatian dari Pemda setempat untuk menyediakan fasilitas memadai di sekolahnya agar pada tahun selanjutnya tidak memberatkan orangtua siswa dalam pelaksanaan UNBK.

"Kedepannya kami berharap ada bantuan alat komputer paling tidak 20 unit komputer beserta servernya. Dan juga listrik bisa masuk ketempat kami serta provider bisa menyedikan sinyal minimal 3G," ujar Kasmin.
 

Pewarta: Rizal

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018