Pontianak (Antaranews Kalbar) - Para petani buah-buahan, seperti langsat (duku) dan durian di Desa Kalimas Hulu, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, memasuki musim kemarau ini, mempertahankan kualitas buah langsat dan duriannya dengan menjaga kelembapan tanah.
"Untuk menjaga kelembapan tanah, setiap hari kami mengaliri kawasan perkebunan langsat dan durian dengan air yang disedot dengan mesin dompeng (mesin pompa air besar), kemudian dialirkan ke kebun," kata Jaini Rahman salah seorang petani buah langsat dan durian di Desa Kalimas Hulu, Jumat.
Menurut dia, hal tersebut tidak hanya dirinya saja yang melakukannya, tetapi semua petani langsat selalu menjaga kelembapan kawasan perkebunannya dengan cara mengaliri air secara manual tersebut.
"Hal itu kami lakukan, agar rasa manis langsat bisa terjaga, karena kalau kelembapan tanahnya berkurang atau kering, maka rasa buah langsatnya akan menjadi asam, dan buahnya juga gugur atau jatuh sebelum masak di pohon," ungkapnya.
Ia menambahkan, aktivitas mengairi kawasan kebun langsatnya seluas sekitar 20 hektare tersebut dilakukan pada malam hari, karena air sungai pasang dimusim kemarau terjadi sore hingga malam hari.
Dengan menggunakan mesin pompa air, paling tidak dibutuhkan waktu selama enam jam, untuk bisa mengalirkan air hingga merata dengan luas tanah 20 hektare kebun langsat dan durian miliknya, katanya.
"Jika perkebunan langsat ini dibiarkan kering, maka kami bisa mengalami kerugian yang cukup besar, karena buah yang dihasilkan kualitasnya tidak bagus," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk buah durian di tahun ini tidak terlalu banyak karena pengaruh musim kemarau. "Sementara kalau buah langsat baru akan panen bulan depan," katanya.
Hal senada juga diakui oleh Suherman. Dia dan petani buah lainnya di kawasan Punggur secara rutin selalau menjaga kelembapan tanah dengan cara menyedot air dari sungai atau parit terdekat untuk dialirkan ke perkebunan milik mereka.
"Kalau kawasan perkebunan dibiarkan kering, maka hasil panennya tidak bagus, karena buah langsat dalam pemeliharaannya harus bagus, yakni kelembapan tanahnya harus dijaga, tidak seperti tanaman lainnya," kata Suhermannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Untuk menjaga kelembapan tanah, setiap hari kami mengaliri kawasan perkebunan langsat dan durian dengan air yang disedot dengan mesin dompeng (mesin pompa air besar), kemudian dialirkan ke kebun," kata Jaini Rahman salah seorang petani buah langsat dan durian di Desa Kalimas Hulu, Jumat.
Menurut dia, hal tersebut tidak hanya dirinya saja yang melakukannya, tetapi semua petani langsat selalu menjaga kelembapan kawasan perkebunannya dengan cara mengaliri air secara manual tersebut.
"Hal itu kami lakukan, agar rasa manis langsat bisa terjaga, karena kalau kelembapan tanahnya berkurang atau kering, maka rasa buah langsatnya akan menjadi asam, dan buahnya juga gugur atau jatuh sebelum masak di pohon," ungkapnya.
Ia menambahkan, aktivitas mengairi kawasan kebun langsatnya seluas sekitar 20 hektare tersebut dilakukan pada malam hari, karena air sungai pasang dimusim kemarau terjadi sore hingga malam hari.
Dengan menggunakan mesin pompa air, paling tidak dibutuhkan waktu selama enam jam, untuk bisa mengalirkan air hingga merata dengan luas tanah 20 hektare kebun langsat dan durian miliknya, katanya.
"Jika perkebunan langsat ini dibiarkan kering, maka kami bisa mengalami kerugian yang cukup besar, karena buah yang dihasilkan kualitasnya tidak bagus," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk buah durian di tahun ini tidak terlalu banyak karena pengaruh musim kemarau. "Sementara kalau buah langsat baru akan panen bulan depan," katanya.
Hal senada juga diakui oleh Suherman. Dia dan petani buah lainnya di kawasan Punggur secara rutin selalau menjaga kelembapan tanah dengan cara menyedot air dari sungai atau parit terdekat untuk dialirkan ke perkebunan milik mereka.
"Kalau kawasan perkebunan dibiarkan kering, maka hasil panennya tidak bagus, karena buah langsat dalam pemeliharaannya harus bagus, yakni kelembapan tanahnya harus dijaga, tidak seperti tanaman lainnya," kata Suhermannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018