Beijing (Antaranews Kalbar) - Di daerah Kafka, pinggir kota Beijing, robot kuning-hitam seukuran mesin cuci mini berjalan-jalan mengantarkan pesanan.
Robot kuning ini berjalan secara otonom, mengantarkan kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman dan buah-buahan dari toko ke rumah warga. Robot ini digadang-gadang pembuatnya, Zhen Robotics, sebagai masa depan sektor logistik di China, yang dikatakan pada akhirnya akan mengantarkan sampai satu miliar paket setiap hari.
Dilengkapi dengan sistem GPS, kamera dan radar, robot kuning beroda enam ini berjalan kurang dari tiga kilometer per jam, setara dengan manusia berjalan santai, namun seorang pelanggan, sambil mengambil paket kacang dari perut robot, mengatakan bahwa masih ada ruang untuk memperbaiki robot itu.
"Titik lemahnya ini tidak bisa mengantarkan langsung ke pintu seperti manusia," kata perempuan pelanggan itu, yang tidak tinggal di lantai dasar.
"Tapi tetap masih cukup praktis. Robot ini mengantarkan relatif cepat," katanya.
Robot itu mendapat keuntungan dari kesukaan konsumen China pada pembayaran non-tunai dan belanja daring via ponsel.
China adalah pasar belanja daring terbesar di dunia dengan lebih dari separuh penduduknya melakukan sedikitnya satu pembelian satu telepon pintar per bulan menurut firma firma PricewaterhouseCoopers.
Masyarakat di sana pun terbiasa dengan pembayaran non-tunai dan melakukan pembelian daring melalui ponsel, mulai dari tisu toilet sampai pakaian atau alpukat. Dan mereka bisa melakukan beberapa kali pembelian dalam sehari.
Untuk menikmati layanan kiriman robot kuning, pelanggan tinggal memilih produk yang diinginkan, mengklik alamat dan membayar melalui ponsel. Petugas toko akan memasukkan belanjaan ke robot, lalu, robot akan mengantarkan ke rumah pembeli.
Liu Zhiyong, pendiri dan CEO Zhen Robotics, yang memproduksi robot, melihat masa depan cerah bagi robot kuningnya.
"Saat ini, ada 100 juta paket yang dikirim setiap hari di China. Di masa mendatang akan menjadi satu miliar. Manusia tidak akan mampu mengirimnya, kita butuh banyak robot untuk mengisi kekurangan tenaga ini. Juga untuk mengurangi biaya," kata Liu Zhiyong.
Robot ini berjalan di trotoar, terutama yang tidak ada hambatan. Robot ini memiliki empat kamera yang akan memindai lingkungan sekitar dan sistem laser tele-detection agar mereka dapat menghindari rintangan. Biaya pengiriman menggunakan robot ini khususnya mahal dalam kilometer terakhir pengiriman, di mana ketepatan adalah kunci untuk mengirim produk sampai depan pintu pelanggan.
Saat ini robot kuning seberat 30 kilogram dengan kecepatan tertinggi secara teoritis 12 kilometer per jam ini hanya menghadapi sedikit hambatan dalam mengantar barang lewat jalan luas tanpa lalu lalang mobil.
Dan Liu memperingatkan siapa pun yang berusaha melakukan vandalisasi atau mencuri robot kuning itu.
"Dengan GPS, kami terus melacak mereka, kamera memfilmkannya dan itu bisa mengeluarkan bunyi alarm," katanya sebagaimana dikutip AFP. "Lagipula, apa yang akan dilakukan si pencuri pada robot ini? Ini sama sekali tidak bisa dijual lagi."
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Robot kuning ini berjalan secara otonom, mengantarkan kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman dan buah-buahan dari toko ke rumah warga. Robot ini digadang-gadang pembuatnya, Zhen Robotics, sebagai masa depan sektor logistik di China, yang dikatakan pada akhirnya akan mengantarkan sampai satu miliar paket setiap hari.
Dilengkapi dengan sistem GPS, kamera dan radar, robot kuning beroda enam ini berjalan kurang dari tiga kilometer per jam, setara dengan manusia berjalan santai, namun seorang pelanggan, sambil mengambil paket kacang dari perut robot, mengatakan bahwa masih ada ruang untuk memperbaiki robot itu.
"Titik lemahnya ini tidak bisa mengantarkan langsung ke pintu seperti manusia," kata perempuan pelanggan itu, yang tidak tinggal di lantai dasar.
"Tapi tetap masih cukup praktis. Robot ini mengantarkan relatif cepat," katanya.
Robot itu mendapat keuntungan dari kesukaan konsumen China pada pembayaran non-tunai dan belanja daring via ponsel.
China adalah pasar belanja daring terbesar di dunia dengan lebih dari separuh penduduknya melakukan sedikitnya satu pembelian satu telepon pintar per bulan menurut firma firma PricewaterhouseCoopers.
Masyarakat di sana pun terbiasa dengan pembayaran non-tunai dan melakukan pembelian daring melalui ponsel, mulai dari tisu toilet sampai pakaian atau alpukat. Dan mereka bisa melakukan beberapa kali pembelian dalam sehari.
Untuk menikmati layanan kiriman robot kuning, pelanggan tinggal memilih produk yang diinginkan, mengklik alamat dan membayar melalui ponsel. Petugas toko akan memasukkan belanjaan ke robot, lalu, robot akan mengantarkan ke rumah pembeli.
Liu Zhiyong, pendiri dan CEO Zhen Robotics, yang memproduksi robot, melihat masa depan cerah bagi robot kuningnya.
"Saat ini, ada 100 juta paket yang dikirim setiap hari di China. Di masa mendatang akan menjadi satu miliar. Manusia tidak akan mampu mengirimnya, kita butuh banyak robot untuk mengisi kekurangan tenaga ini. Juga untuk mengurangi biaya," kata Liu Zhiyong.
Robot ini berjalan di trotoar, terutama yang tidak ada hambatan. Robot ini memiliki empat kamera yang akan memindai lingkungan sekitar dan sistem laser tele-detection agar mereka dapat menghindari rintangan. Biaya pengiriman menggunakan robot ini khususnya mahal dalam kilometer terakhir pengiriman, di mana ketepatan adalah kunci untuk mengirim produk sampai depan pintu pelanggan.
Saat ini robot kuning seberat 30 kilogram dengan kecepatan tertinggi secara teoritis 12 kilometer per jam ini hanya menghadapi sedikit hambatan dalam mengantar barang lewat jalan luas tanpa lalu lalang mobil.
Dan Liu memperingatkan siapa pun yang berusaha melakukan vandalisasi atau mencuri robot kuning itu.
"Dengan GPS, kami terus melacak mereka, kamera memfilmkannya dan itu bisa mengeluarkan bunyi alarm," katanya sebagaimana dikutip AFP. "Lagipula, apa yang akan dilakukan si pencuri pada robot ini? Ini sama sekali tidak bisa dijual lagi."
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018