Pontianak (Antaranews Kalbar) - BNPB mengerahkan 10 helikopter water bombing dan hujan buatan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Kalbar.
"Tim Satgas Terpadu terus berjibaku untuk padamkan Karhutla, Satgas darat dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, Dinas Pemadam Kebakaran, Satpol PP dan relawan terus memadamkan Karhutla melalui darat, kemudian satgas udara melakukan pemadaman dari udara dengan mengerahkan 10 helikopter water bombing," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya kepada Antara di Pontianak, Kamis malam.
Selain itu, BNPB dan BPPT juga terus melakukan hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca menggunakan pesawat Casa 212-200 TNI AU. "Sudah lima ton bahan semai Natrium Clorida (CaCl) ditaburkan ke dalam awan-awan potensial di angkasa, dan dalam beberapa hari turun hujan, meski tidak merata, namun mengurangi jumlah kebakaran yang ada," ungkapnya.
Menurut dia, lahan gambut yang terbakar menyebabkan kendala dalam pemadaman Karhutla. Selain itu cuaca kering, air mulai terbatas, dan daerah yang terbakar cukup luas menghambat upaya pemadaman tersebut.
Banyaknya titik panas kebakaran hutan dan lahan di Kalbar ini terkait dengan kebiasaan masyarakat membakar lahan sebelum membuka lahan. Masyarakat di Kabupaten Sanggau, Sambas, Ketapang, Kubu Raya dan lainnya memiliki tradisi "gawai serentak", yaitu kebiasaan persiapan musim tanam dengan membuka lahan dengan cara membakar. Meskipun pemerintah daerah telah melarang namun ternyata kebiasaan ini masih dipraktikkan di banyak tempat, katanya.
"Tantangan ke depan bagaimana memberikan solusi kepada masyarakat agar dapat menerapkan pertanian tanpa bakar atau insentif tertentu," ujarnya.
Selain itu, menurut dia, aparat kepolisian terus meningkatkan patroli dan penegakan hukum terkait dengan kesengajaan membakar hutan dan lahan ini. Sosialisasi juga terus ditingkatkan kepada semua pihak agar tidak membakar dan melakukan pencegahan.
Sementara itu, hasil pantauan 24 jam terakhir dari satelit Aqua, Terra, SNPP pada katalog Modis Lapan terdeteksi sebanyak 885 titik panas (hotspot) Karhutla, Kamis (23/8) pukul 07.13 WIB. Dari 885 titik panas tersebut 509 titik panas kategori sedang, dan 376 titik panas kategori tinggi, katanya.
"Jumlah 885 titik panas di Kalbar ini adalah terbanyak dibandingkan provinsi lain di Indonesia," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Tim Satgas Terpadu terus berjibaku untuk padamkan Karhutla, Satgas darat dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, Dinas Pemadam Kebakaran, Satpol PP dan relawan terus memadamkan Karhutla melalui darat, kemudian satgas udara melakukan pemadaman dari udara dengan mengerahkan 10 helikopter water bombing," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya kepada Antara di Pontianak, Kamis malam.
Selain itu, BNPB dan BPPT juga terus melakukan hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca menggunakan pesawat Casa 212-200 TNI AU. "Sudah lima ton bahan semai Natrium Clorida (CaCl) ditaburkan ke dalam awan-awan potensial di angkasa, dan dalam beberapa hari turun hujan, meski tidak merata, namun mengurangi jumlah kebakaran yang ada," ungkapnya.
Menurut dia, lahan gambut yang terbakar menyebabkan kendala dalam pemadaman Karhutla. Selain itu cuaca kering, air mulai terbatas, dan daerah yang terbakar cukup luas menghambat upaya pemadaman tersebut.
Banyaknya titik panas kebakaran hutan dan lahan di Kalbar ini terkait dengan kebiasaan masyarakat membakar lahan sebelum membuka lahan. Masyarakat di Kabupaten Sanggau, Sambas, Ketapang, Kubu Raya dan lainnya memiliki tradisi "gawai serentak", yaitu kebiasaan persiapan musim tanam dengan membuka lahan dengan cara membakar. Meskipun pemerintah daerah telah melarang namun ternyata kebiasaan ini masih dipraktikkan di banyak tempat, katanya.
"Tantangan ke depan bagaimana memberikan solusi kepada masyarakat agar dapat menerapkan pertanian tanpa bakar atau insentif tertentu," ujarnya.
Selain itu, menurut dia, aparat kepolisian terus meningkatkan patroli dan penegakan hukum terkait dengan kesengajaan membakar hutan dan lahan ini. Sosialisasi juga terus ditingkatkan kepada semua pihak agar tidak membakar dan melakukan pencegahan.
Sementara itu, hasil pantauan 24 jam terakhir dari satelit Aqua, Terra, SNPP pada katalog Modis Lapan terdeteksi sebanyak 885 titik panas (hotspot) Karhutla, Kamis (23/8) pukul 07.13 WIB. Dari 885 titik panas tersebut 509 titik panas kategori sedang, dan 376 titik panas kategori tinggi, katanya.
"Jumlah 885 titik panas di Kalbar ini adalah terbanyak dibandingkan provinsi lain di Indonesia," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018