Pontianak (Antaranews Kalbar) - Wakil Wali Kota (Wawako) Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menilai upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di lahan gambut menggunakan helikopter water bombing kurang maksimal.
"Kurang maksimal, karena kedalaman lahan gambut bisa mencapai enam hingga tujuh meter," katanya di Pontianak, Jumat.
Ia menjelaskan, pemadaman Karhutla di lahan gambut lebih efektif disemprot menggunakan selang, karena volume airnya lebih banyak sehingga api padam hingga ke dalam-dalam lahan gambut yang terbakar tersebut.
"Selain itu, penyemprotan air menggunakan selang lebih fokus ke titik api. Tetapi pemadaman di lahan gambut meskipun tampak sudah padam, harus terus dipantau karena biasanya apinya akan membara kembali," ungkapnya.
Ia menambahkan pemadaman dengan water bombing juga kurang efektif dengan wilayah kebakaran yang cukup luas, sehingga dibutuhkan kerja sama semua pihak dalam memadamkan Karhutla tersebut.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, BNPB mengerahkan 10 helikopter water bombing dan hujan buatan untuk memadamkan Karhutla di Provinsi Kalbar.
"Tim Satgas Terpadu terus berjibaku untuk padamkan Karhutla, Satgas darat dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, Dinas Pemadam Kebakaran, Satpol PP dan relawan terus memadamkan karhutla melalui darat, kemudian satgas udara melakukan pemadaman dari udara dengan mengerahkan 10 helikopter water bombing," jelasnya.
Selain itu, BNPB dan BPPT juga terus melakukan hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca menggunakan pesawat Casa 212-200 TNI AU.
"Sudah lima ton bahan semai Natrium Clorida (CaCl) ditaburkan ke dalam awan-awan potensial di angkasa, dan dalam beberapa hari turun hujan, meski tidak merata, namun mengurangi jumlah kebakaran yang ada," ungkapnya.
Water bombing dinilai kurang maksimal atasi karhutla
Jumat, 24 Agustus 2018 21:25 WIB