Pontianak (Antaranews Kalbar) - Hoax Crisis Center (HCC) Kalbar menggelar sarasehan dengan tema Hoaks dan Ujaran Kebencian Ancaman Keberagaman di Kalimantan Barat.
"Sarasehan merupakan program pamungkas HCC Kalbar dari berbagai rangkaian kegiatan yang digelar sepanjang Juli-Agustus 2018," kata Ketua HCC Kalbar Edho Sinaga di Pontianak, Rabu.
Dia mengatakan, HCC Kalbar menjadi percontohan beberapa negara di dunia dalam upaya melawan hoaks dan mengklarifikasi informasi yang beredar di era pesatnya teknologi dan informasi, khususnya media sosial.
"Sebab, sudah ada kasus-kasus di dunia maupun Indonesia, hoaks memakan korban jiwa," tuturnya.
Edho menimpali KPU dan Bawaslu mendapat apresiasi tinggi di dunia internasional pasca penyelenggaraan Pilkada Kalbar Tahun 2018. Padahal, sebelumnya Kalbar menjadi daerah indeks kerawanan Pemilu versi Bawaslu dan Polri.
"Apresiasi juga diberikan kepada Pangdam dan Kapolda yang telah mewujudkan situasi dan keamanan di Kalbar," tuturnya.
Menurutnya, Kalbar diakui dunia dalam hal melawan hoaks. Untuk itu, HCC Kalbar berterimakasih kepada masyarakat Kalbar yang telah membantu perangi hoaks guna menjaga keamanan dan kedamaian.
Dia menambahkan melalui website kalbar.turnbackhoax.id, masyarakat bisa ketahui apakah informasi yang beredar di media sosial merupakan hoaks atau tidak. Masyarakat juga bisa memanfaatkan aplikasi Hoax Buster Tools (HBT) yang bisa digunakan untuk cek fakta.
"Menghadapi Pilpres 2019, HCC Kalbar akan buka grup Whatsapp (WA) untuk verifikasi apakah informasi berkembang adalah hoaks atau tidak, akhir September 2019 akan dilaunching," katanya.
Pada kegiatan HCC yang juga dihadiri oleh berbagai unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) Kalbar, KPU, Bawaslu, Kesultanan Pontianak, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Budayawan, Tokoh Sejarawan, Pemimpin-Pemimpin Redaksi media lokal Kalbar, Jurnalis, organisasi kemahasiswaan dan komunitas-komunitas yang ada di Kota Pontianak.
Di tempat yang sama, As Inteldam XII/TPR Kolonel TNI Wulang yang ikut menghadiri kegiatan sarasehan HCC tersebut, mengatakan bahwa informasi yang beredar mempunyai tujuan tertentu. Lazimnya, berita benar punya tujuan positif.
"Sementara itu, berita tidak benar punya tujuan negatif.
Terkait hal itu, sama seperti kepolisian, Kodam XII/Tanjungpura juga memiliki satuan siber guna mengantisipasi hoaks," katanya. Untuk itu, dirinya mengajak masyarakat bersama-sama galang semangat meluruskan informasi-informasi yang tidak benar di era teknologi saat ini.
"Jadikan gadget kita sumber kekuatan melawan hoaks dan ujaran kebencian. Sadarkan juga teman-teman dan keluarga kita untuk tidak menyebar hoaks dan ujaran kebencian," katanya.
Pada kesempatan itu, dirinya mengimbau masyarakat untuk tidak sebar hoaks dan ujaran kebencian. Pasalnya, penggunaan teknologi yang canggih saat ini memudahkan pelacakan para pelaku-pelakunya.
"Bisa dikejar dan ditindak, jadi, jangan sampai menyebar hoaks. Sebagai pemeluk agama, saya percaya Tuhan tidak pernah tidur dan ketika kita sebarkan berita bohong, Tuhan pasti membalas dan dosanya ditanggung masing-masing," katanya.
Sementara itu, Rektor Universitas Tanjungpura, Prof Dr Thamrin Usman mengatakan hoaks adalah fitnah.
"Saat ini, perkembangan teknologi dan informasi masih jadi bahan evaluasi di Indonesia, apakah ke arah postif atau negatif. Apakah teknologi membawa manfaat atau mudarat," kata Thamrin.
Hoaks, kata Thamrin, tersebar melalui aliran informasi. Konten hoaks dibuat dengan teknik hypnowriting. Cara menguliknya dengan mendesain narasi-narasi dan gambar-gambar yang disisipi pesan subliminal (pesan tersembunyi).
"Melalui pendidikan tinggi, kami memberikan kesempatan untuk membentuk dan membiasakan pola pikir kritis dan rasional," katanya.
Pilar utama pembangunan sumber daya manusia pada jenjang pendidikan tinggi dicapai pertama, melalui sistem pendidikan berkualitas serta relevan terhadap kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
Kedua, pembangunan karakter baik aspek spiritual atau keagamaan serta hubungan sosial terkait etika dan moral. Ketiga, peningkatan softskill untuk menghasilkan generasi kreatif dan berdaya saing tinggi.
"Solusi menangkal hoaks adalah dengan membiasakan untuk klasifikasi (tabayyun) dan menganalisis informasi. Harapannya agar mendapatkan hasil kesimpulan yang lebih bijak dan arif sesuai fakta," tuturnya.
(KR-RDO)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Sarasehan merupakan program pamungkas HCC Kalbar dari berbagai rangkaian kegiatan yang digelar sepanjang Juli-Agustus 2018," kata Ketua HCC Kalbar Edho Sinaga di Pontianak, Rabu.
Dia mengatakan, HCC Kalbar menjadi percontohan beberapa negara di dunia dalam upaya melawan hoaks dan mengklarifikasi informasi yang beredar di era pesatnya teknologi dan informasi, khususnya media sosial.
"Sebab, sudah ada kasus-kasus di dunia maupun Indonesia, hoaks memakan korban jiwa," tuturnya.
Edho menimpali KPU dan Bawaslu mendapat apresiasi tinggi di dunia internasional pasca penyelenggaraan Pilkada Kalbar Tahun 2018. Padahal, sebelumnya Kalbar menjadi daerah indeks kerawanan Pemilu versi Bawaslu dan Polri.
"Apresiasi juga diberikan kepada Pangdam dan Kapolda yang telah mewujudkan situasi dan keamanan di Kalbar," tuturnya.
Menurutnya, Kalbar diakui dunia dalam hal melawan hoaks. Untuk itu, HCC Kalbar berterimakasih kepada masyarakat Kalbar yang telah membantu perangi hoaks guna menjaga keamanan dan kedamaian.
Dia menambahkan melalui website kalbar.turnbackhoax.id, masyarakat bisa ketahui apakah informasi yang beredar di media sosial merupakan hoaks atau tidak. Masyarakat juga bisa memanfaatkan aplikasi Hoax Buster Tools (HBT) yang bisa digunakan untuk cek fakta.
"Menghadapi Pilpres 2019, HCC Kalbar akan buka grup Whatsapp (WA) untuk verifikasi apakah informasi berkembang adalah hoaks atau tidak, akhir September 2019 akan dilaunching," katanya.
Pada kegiatan HCC yang juga dihadiri oleh berbagai unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) Kalbar, KPU, Bawaslu, Kesultanan Pontianak, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Budayawan, Tokoh Sejarawan, Pemimpin-Pemimpin Redaksi media lokal Kalbar, Jurnalis, organisasi kemahasiswaan dan komunitas-komunitas yang ada di Kota Pontianak.
Di tempat yang sama, As Inteldam XII/TPR Kolonel TNI Wulang yang ikut menghadiri kegiatan sarasehan HCC tersebut, mengatakan bahwa informasi yang beredar mempunyai tujuan tertentu. Lazimnya, berita benar punya tujuan positif.
"Sementara itu, berita tidak benar punya tujuan negatif.
Terkait hal itu, sama seperti kepolisian, Kodam XII/Tanjungpura juga memiliki satuan siber guna mengantisipasi hoaks," katanya. Untuk itu, dirinya mengajak masyarakat bersama-sama galang semangat meluruskan informasi-informasi yang tidak benar di era teknologi saat ini.
"Jadikan gadget kita sumber kekuatan melawan hoaks dan ujaran kebencian. Sadarkan juga teman-teman dan keluarga kita untuk tidak menyebar hoaks dan ujaran kebencian," katanya.
Pada kesempatan itu, dirinya mengimbau masyarakat untuk tidak sebar hoaks dan ujaran kebencian. Pasalnya, penggunaan teknologi yang canggih saat ini memudahkan pelacakan para pelaku-pelakunya.
"Bisa dikejar dan ditindak, jadi, jangan sampai menyebar hoaks. Sebagai pemeluk agama, saya percaya Tuhan tidak pernah tidur dan ketika kita sebarkan berita bohong, Tuhan pasti membalas dan dosanya ditanggung masing-masing," katanya.
Sementara itu, Rektor Universitas Tanjungpura, Prof Dr Thamrin Usman mengatakan hoaks adalah fitnah.
"Saat ini, perkembangan teknologi dan informasi masih jadi bahan evaluasi di Indonesia, apakah ke arah postif atau negatif. Apakah teknologi membawa manfaat atau mudarat," kata Thamrin.
Hoaks, kata Thamrin, tersebar melalui aliran informasi. Konten hoaks dibuat dengan teknik hypnowriting. Cara menguliknya dengan mendesain narasi-narasi dan gambar-gambar yang disisipi pesan subliminal (pesan tersembunyi).
"Melalui pendidikan tinggi, kami memberikan kesempatan untuk membentuk dan membiasakan pola pikir kritis dan rasional," katanya.
Pilar utama pembangunan sumber daya manusia pada jenjang pendidikan tinggi dicapai pertama, melalui sistem pendidikan berkualitas serta relevan terhadap kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
Kedua, pembangunan karakter baik aspek spiritual atau keagamaan serta hubungan sosial terkait etika dan moral. Ketiga, peningkatan softskill untuk menghasilkan generasi kreatif dan berdaya saing tinggi.
"Solusi menangkal hoaks adalah dengan membiasakan untuk klasifikasi (tabayyun) dan menganalisis informasi. Harapannya agar mendapatkan hasil kesimpulan yang lebih bijak dan arif sesuai fakta," tuturnya.
(KR-RDO)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018