Pontianak (ANTARA) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pontianak bersama Google News Initiative (GNI) dan sejumlah lembaga terkait lainnya menggelar training digital bagi akademisi dan jurnalis, dalam pencegahan penyebaran hoax di tengah masyarakat.
"Pelatihan ini diikuti 21 dosen dan lima jurnalis yang ada di Kalbar yang dilaksanakan selama dua hari dari tanggal 11-12 Agustus 2022, di Pontianak. Sementara untuk pemateri, Mungky Diana Sari dan Rendra Oxtora yang merupakan trainer dari Google News Initiative," kata Ketua AJI Pontianak, Ramses Tobing di Pontianak, Kamis.
Baca juga: Samuel minta media cegah penyebaran Hoax
Baca juga: Tak pakai masker SNI akan didenda? Ini faktanya
Baca juga: Iska sosialisasikan pencegahan COVID-19
Ada pun akademi yang ikut dari berbagai kampus, seperti IAIN Pontianak, IAIS Sambas, STMIK, Universitas Muhammadiyah Pontianak dan Untan, sedangkan media dari jurnalis media online, cetak dan televisi.
Ramses menjelaskan, training digital ini merupakan yang kesekian kalinya digelar.
"Jika sebelumnya adalah jurnalis saja maka sekarang menyasar teman-teman akademi," tuturnya.
Baca juga: Cegah hoaks agar proses pembangunan Landak semakin baik
Baca juga: Polres Sanggau terapkan analisa medsos cegah berita palsu
Baca juga: Ajak mahasiswa cegah hoax
Ia menjelaskan perkembangan teknologi yang sangat pesat juga membuat masifnya persebaran informasi hoaks.
Namun hal itu tidak dibarengi dengan kemampuan mengidentifikasi mis-dis informasi dan berita palsu.
Sementara literasi digital merupakan salah satu cara untuk memerangi hoaks, karena dengan literasi digital membantu untuk berpikir kritis dan cakap dalam menggunakan media digital.
Baca juga: Cegah Hoax, Menkominfo Minta Media Pers Daring Diverifikasi
Baca juga: ASN Dan Pelajar Sanggau Cegah Informasi Hoax
Baca juga: Polisi bongkar pemalsuan proses rapid test antigen Bandara Kualanamu
"Kemampuan ini tidak hanya dimiliki teman-teman jurnalis tapi juga akademisi," kata Ramses.
Salah satu Trainer Google News Initiative Network, Mungky Diana Sari mengatakan, pelatihan bagi akademisi dan jurnalis ini bertujuan untuk memperluas kemampuan literasi digital secara luas.
Akademisi, dalam hal ini termasuk dosen, serta jurnalis, mempunyai peran penting menyebarkan kemampuan literasi kepada masyarakat sebagai gerakan melawan hoax.
Baca juga: Anpri Kalbar Keluarkan Seruan Kritisi Kabar "hoax"
Baca juga: Twitter Punya Cara Lindungi Pengguna dari Hoax
Baca juga: Snapchat Mulai Tangkal Hoax
"Dosen dan jurnalis sebetulnya agen perubahan. Mereka mempunyai peran penting dalam masyarakat, sehingga hal inilah yang menjadi pertimbangan diadakan pelatihan ini," kata Mungky yang juga dosen di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Bina Nusantara (BINUS).