Pontianak (Antaranews Kalbar) – Nelayan tambak di Dusun Sui Mas, Desa Sebatuan, Kecamatan Pemangkat, mengharapkan bantuan modal dari pemerintah untuk mengembangkan usaha budidaya perikanan di dusun tersebut.
“Selama ini, kami menggunakan modal atau kemampuan sendiri dalam mengembangkan usaha tambak ini,” kata Lina, salah seorang nelayan saat ditemui di Pontianak, Jumat.
Lina mempunyai tambak seluas dua hektare berisi ikan bandeng dan udang windu. Setiap hektare diisi sekitar 10 ribu sampai 15 ribu ekor ikan bandeng dan udang windu.
Ia mengatakan karena keterbatasan modal, para nelayan umumnya menyediakan sendiri pakan sesuai kemampuan masing-masing. “Kita menyediakan pakan ikan sendiri karena biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan sangatlah mahal, jadi ikan tersebut memakan rumput (saponen) atau lumut yang ada di dalam tambak, “ kata Lina.
Ia menambahkan, kalau dengan pakan yang dibeli di pasaran, panen bisa lebih cepat satu bulan dibanding pakan alami.
“Kendala lain adalah hama dan kebocoran tambak, sehingga dibutuhkan waktu lama untuk memasukkan bibit baru ke tambak yang telah dipanen,” kata Lina.
Sementara untuk panen, tidaklah terlalu sulit karena hanya memerlukan sedikit orang untuk pengerjaannya. “Karena panen dilakukan secara manual maka perlu lima sampai tujuh orang di dalam tambak guna untuk mengangkat jaring yang sudah terpasang di tambak agar waktu panen lebih efisien,” ujar dia.
Panen umumnya dilakukan tiga bulan sekali dengan hasil satu ton per hektare.
Untuk pemasaran, tidaklah sulit karena sudah ada pengepul yang siap membeli hasil panen. “Harga ikan bandeng itu sendiri dijual sesuai ukuran besar ikan, dimulai dari harga Rp7.000 – Rp10.000 per kilogram,” kata dia.
Sedangkan untuk udang windu, di kisaran Rp100 ribu per kilogram. Harapan Lina, dengan adanya bantuan pemerintah, tingkat ekonomi dan kesejahteraan nelayan dapat semakin meningkat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
“Selama ini, kami menggunakan modal atau kemampuan sendiri dalam mengembangkan usaha tambak ini,” kata Lina, salah seorang nelayan saat ditemui di Pontianak, Jumat.
Lina mempunyai tambak seluas dua hektare berisi ikan bandeng dan udang windu. Setiap hektare diisi sekitar 10 ribu sampai 15 ribu ekor ikan bandeng dan udang windu.
Ia mengatakan karena keterbatasan modal, para nelayan umumnya menyediakan sendiri pakan sesuai kemampuan masing-masing. “Kita menyediakan pakan ikan sendiri karena biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan sangatlah mahal, jadi ikan tersebut memakan rumput (saponen) atau lumut yang ada di dalam tambak, “ kata Lina.
Ia menambahkan, kalau dengan pakan yang dibeli di pasaran, panen bisa lebih cepat satu bulan dibanding pakan alami.
“Kendala lain adalah hama dan kebocoran tambak, sehingga dibutuhkan waktu lama untuk memasukkan bibit baru ke tambak yang telah dipanen,” kata Lina.
Sementara untuk panen, tidaklah terlalu sulit karena hanya memerlukan sedikit orang untuk pengerjaannya. “Karena panen dilakukan secara manual maka perlu lima sampai tujuh orang di dalam tambak guna untuk mengangkat jaring yang sudah terpasang di tambak agar waktu panen lebih efisien,” ujar dia.
Panen umumnya dilakukan tiga bulan sekali dengan hasil satu ton per hektare.
Untuk pemasaran, tidaklah sulit karena sudah ada pengepul yang siap membeli hasil panen. “Harga ikan bandeng itu sendiri dijual sesuai ukuran besar ikan, dimulai dari harga Rp7.000 – Rp10.000 per kilogram,” kata dia.
Sedangkan untuk udang windu, di kisaran Rp100 ribu per kilogram. Harapan Lina, dengan adanya bantuan pemerintah, tingkat ekonomi dan kesejahteraan nelayan dapat semakin meningkat.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019