Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar Heronimus Hero mengatakan produksi padi di Kalbar pada 2018 mencapai 1,62 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).
"Produksi padi yang ada tersebut hasil dari musim tanam periode Oktober 2017- Maret 2018 dan April - September 2018," ujarnya di Pontianak, Jumat.
Ia menambahkan bahwa produksi yang dicapai tersebut dari luas tanam sekitar 600 ribuan hektare yang tersebar di 14 kabupaten atau kota di Kalbar.
"Secara umum dari sisi produksi dan luas tanam padi di Kalbar pada 2018 dari target Kementerian Pertanian dan target program kita sudah tercapai," papar dia.
Menurutnya dilihat dari provitas padi di Kalbar masih perlu ditingkatkan karena masih berjalan stagnan dan hal itu terus menjadi perhatian pihaknya.
"Provitas tanaman padi kita saat ini baru bergerak di 3 ton per hektare. Itu tentu menjadi tugas dan pekerjaan rumah untuk ditingkatkan lagi," jelas dia.
Untuk tahun 2019 ini sendiri dikatakan dia meski belum ada angka pasti untuk target dari Kementerian Pertanian dan daerah, namun diperkirakan ada sebesar 1,7 juta ton GKG.
"Target 2019 tinggal menunggu Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah di 14 kabupaten atau kota di Kalbar. Diperkirakan sekitar 1,7 juta ton GKG," jelas dia.
Sementara kata dia, untuk tanaman hortikultura sendiri seperti cabai dan bawang di Kalbar juga sudah cukup mengembirakan. Meskipun tanaman tersebut tidak menjadi fokus agar surplus.
"Cabai dan bawang tidak kita targetkan untuk surplus. Saat ini kita baru sebatas atau hanya fokus pada menstabilkan harga," paparnya.
Ia menjelaskan kestabilan harga yang dimaksud yakni harga yang diperoleh petani jangan sampai merugi. Begitu juga dengan masyarakat yang membutuhkan komoditas tersebut tidak terlalu tinggi.
Menurutnya selama ada program cabai dan bawang baik secara nasional hingga ke daerah, harga cabai dan bawang cenderung stabil.
"Kita melihat tidak ada fluktuasi harga seperti beberapa tahun sebelumnya yang mencapai ratusan ribu rupiah per kilgram. Cabai perna ratusan ribu dan kini hanya bergerak di kisaran Rp50 ribuan saja. Nah, itu harga yang seimbang di mana petani tidak rugi dan petani tidak keberatan," papar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Produksi padi yang ada tersebut hasil dari musim tanam periode Oktober 2017- Maret 2018 dan April - September 2018," ujarnya di Pontianak, Jumat.
Ia menambahkan bahwa produksi yang dicapai tersebut dari luas tanam sekitar 600 ribuan hektare yang tersebar di 14 kabupaten atau kota di Kalbar.
"Secara umum dari sisi produksi dan luas tanam padi di Kalbar pada 2018 dari target Kementerian Pertanian dan target program kita sudah tercapai," papar dia.
Baca juga: Luas tanam padi Kalbar 608.000 hektare
Menurutnya dilihat dari provitas padi di Kalbar masih perlu ditingkatkan karena masih berjalan stagnan dan hal itu terus menjadi perhatian pihaknya.
"Provitas tanaman padi kita saat ini baru bergerak di 3 ton per hektare. Itu tentu menjadi tugas dan pekerjaan rumah untuk ditingkatkan lagi," jelas dia.
Untuk tahun 2019 ini sendiri dikatakan dia meski belum ada angka pasti untuk target dari Kementerian Pertanian dan daerah, namun diperkirakan ada sebesar 1,7 juta ton GKG.
"Target 2019 tinggal menunggu Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah di 14 kabupaten atau kota di Kalbar. Diperkirakan sekitar 1,7 juta ton GKG," jelas dia.
Sementara kata dia, untuk tanaman hortikultura sendiri seperti cabai dan bawang di Kalbar juga sudah cukup mengembirakan. Meskipun tanaman tersebut tidak menjadi fokus agar surplus.
Baca juga: Distan Kalbar pantau dan evaluasi pencapaian kinerja pertanian daerah
"Cabai dan bawang tidak kita targetkan untuk surplus. Saat ini kita baru sebatas atau hanya fokus pada menstabilkan harga," paparnya.
Ia menjelaskan kestabilan harga yang dimaksud yakni harga yang diperoleh petani jangan sampai merugi. Begitu juga dengan masyarakat yang membutuhkan komoditas tersebut tidak terlalu tinggi.
Menurutnya selama ada program cabai dan bawang baik secara nasional hingga ke daerah, harga cabai dan bawang cenderung stabil.
"Kita melihat tidak ada fluktuasi harga seperti beberapa tahun sebelumnya yang mencapai ratusan ribu rupiah per kilgram. Cabai perna ratusan ribu dan kini hanya bergerak di kisaran Rp50 ribuan saja. Nah, itu harga yang seimbang di mana petani tidak rugi dan petani tidak keberatan," papar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019